Suara harapan – General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur Agustinus Jatmiko menjelaskan saat jumlah penduduk NTT mencapai 5 juta jiwa dengan 1,5 KK di dalamnya.
Sehingga, 100 ribu KK yang belum mendapatkan listrik PLN hanya sebagian kecil, atau 7 sampai 8 persen dari total rasio elektrifikasi di NTT.
Dari (rasio elektrifikasi) 92,36 persen masih ada 7 hingga 8 persen itu identiknya dengan 100 ribu KK yang di NTT yang belum berlistrik,” jelas Agustinus, Kamis (22/9).
Ia beralasan, 100 ribu KK belum mendapatkan listrik karena kendala kekurangan pelaksana di lapangan dan juga karena kondisi geografis NTT.
“Kendala-kendala yang pertama jumlah pelaksana di lapangan ada keterbatasan, kemudian yang kedua di geografisnya ada yang memang sangat terpencil seperti di Amfoang yang masih daerah yang isolated atau mereka itu belum menyambung ke sistem kelistrikan Pulau Timor,” imbuhnya.
Meski begitu Agustinus mengupayakan agar 100 KK itu bisa mendapat aliran listrik tahun depan. Ia pun mengaku telah menganggarkan Rp500 miliar untuk membangun jaringan ke 280 desa tersebut.
Kira-kira 100 ribu sudah selesai tahun depan nanti kami hitung. Bisa 2023 atau lewat ke 2023,” jelasnya.
Sementara itu, Agustinus merinci dari 100 KK yang belum mendapatkan aliran listrik, 20 ribu diantaranya tergolong kategori kurang mampu alias miskin.
Ia mengatakan jumlah itu sesuai dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial.
“Masih ada 20 ribu Kepala Keluarga di Nusa Tenggara TImur yang masuk kategori kurang mampu. Data KK yang kurang mampu itu kami dapatkan dari DTKS itu dikeluarkan oleh Kementerian Sosial Kemensos,” katanya.
Khusus untuk 20 ribu KK kurang mampu, PLN NTT menyiapkan beberapa program untuk mendapatkan listrik gratis.
Mulai dari Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dari PLN yang pada semester satu 2022 ini telah membantu 1.300 kepala keluarga terlayani.
Kemudian, program Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) dari Kementerian ESDM bagi warga tidak mampu sebanyak 1.120 KK, dan bantuan dari Pemprov NTT yang dilakukan secara bertahap sebanyak 1000 Kepala Keluarga. Dengan program tersebut, ia berharap bisa membantu 20 ribu KK kategori miskin itu.
Lebih lanjut, saat ini PLN NTT sedang fokus dalam membangun jaringan listrik yang akan dilakukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Sumba Barat Daya dan Manggarai Timur yang rasio elektrifikasinya rendah. Progres sekarang masih dalam tahap menanam tiang listrik dan menarik kabel.
Saat ini, imbuhnya, daerah di NTT dengan rasio elektrifikasi tertinggi adalah Kupang yang hampir mencapai 99 persen.
“Sisa yang belum terpasang karena hadirnya perumahan-perumahan baru dan juga pembangunan rumah oleh warga,” katanya.
Sedangkan yang paling rendah ada di tiga daerah yaitu, Kabupaten Sumba Barat Daya 71,7 persen, Kabupaten Timor Tengah Selatan 78,33 persen, dan Kabupaten Manggarai Timur 82,53 persen.
Agustinus juga menyebutkan bahwa daya listrik di NTT sampai saat ini masih cukup dengan adanya pembangkit listrik di beberapa daerah seperti di Pulau Timor, Pulau Sumba dan Flores.
Sumber energi listrik yang berada di Pulau Timor tersebut kata Agustinus berasal dari PLTU Bolok, PLTMG Kupang dan PLTD Tenau.
Untuk di Pulau Flores pembangkit energi listrik bersumber dari PLTU Ropa di Ende, PLTP Ulumbu di Manggarai, PLTP Sukoria di Ende, PLTMG di Maumere dan PLTMG di Labuan Bajo. Sedangkan untuk pembangkit energi listrik di Pulau Sumba bersumber dari PLTD Waikabubak, PLTMH Lokombro dan PLTS Hambapraing.
]]>