ANUGERAH BELAS KASIHAN
(Refleksi Matius 9:35-38)
Penulis: Anna Mariana Poedji Christanti – FSI Club Ministry
Mengarungi kehidupan dengan segala permasalahnya adalah hal yang sangat menguras tenaga, pikiran, maupun air mata. Demikianlah kenyataan hidup yang harus dihadapi setiap anak manusia. Kenyataan yang tak dapat ditolak atau dihindari. Dosa telah melemparkan umat manusia pada situasi yang demikian sulit untuk dijalani. Hukuman maut sebagai konsekuensi dosa semakin menambah beratnya beban tiap individu.
Sekalipun keadilan Allah nyata dalam hal ini, yaitu menetapkan hukuman maut kepada para pendosa, namun kasihNya yang teramat sangat besar tak dapat ditutupi. Karya keselamatan yang diwujudkan dalam Yesus Kristus telah membuktikan belas kasihan Allah kepada manusia berdosa. Inilah kebaikan dan kemurahan hati yang tiada tara dari Allah.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Matius dalam pasal 9 ayat 35-38.
Yesus melakukan pelayanan pemberitaan Kerajaan Sorga. Suatu pemberitaan yang menjadi keutamaan dalam pelayanan bagi Tuhan. Berfokus pada apa yang dikehendaki Tuhan adalah kunci keberhasilan suatu pelayanan. Inilah sesungguhnya yang menyenangkan hati Tuhan. Banyak orang berniat untuk melayani Tuhan, namun berfokus kepada hasrat juga kepentingan pribadi. Hasilnya, pelayanan akan menjadi suatu pelarian, atau pencarian jati diri, atau bahkan pencarian kehormatan atau kemuliaan diri sendiri.
Tuhan tidak berkenan kepada mereka yang berfokus pada diri sendiri. Bahkan Kristus menyatakan teladan untuk memberikan hidupNya demi menyelamatkan hidup umatNya dengan mati disalibkan, sebagaimana yang direncanakan Tuhan bagi dunia yang jatuh dalam dosa. Pengosongan diri Kristus adalah wujud tertinggi dari kerahiman Allah. Kemurahan hati yang samalah yang diharapkan tercermin dalam diri seorang pelayan misi.
Pelayanan Yesus meliputi seluruh lapisan masyarakat, baik di desa maupun di kota. Bahwasanya Dia melakukan pelayanan secara aktif dan dinamis, dengan ‘berkeliling’ membuktikan keinginanNya agar setiap orang mendengar berita sukacita tanpa terkecuali. Tuhan Yesus tidak hanya melayani satu golongan saja, tetapi dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat yang beragam budaya dan tradisinya. KasihNya tidak hanya diperuntukkan pada kelompok tertentu. Inilah pelayanan yang bersifat universal yang seharusnya menjadi motivasi bagi pemberita Kerajaan Sorga lainnya.
BagiNya penting apabila semua bertobat dan memiliki pengharapan hidup kekal, baik mereka yang mungkin memiliki kehidupan yang terpandang, mapan, dan berkecukupan, juga yang kurang terhormat, miskin, dan berkekurangan. Kepedulian Tuhan yang teramat besar itulah yang memungkinkan penjangkauan tersebut terjadi. Pertanyaannya adalah: Bagaimana pemberita Injil mengembangkan empatinya bagi dunia yang terhilang?
Pewarta-pewarta Injil seharusnya menjadi perpanjangan kasih sayang Tuhan, hingga seluruh pelosok dunia dapat menikmatinya.
Para pewarta tersebut perlu membekali dirinya dengan berbagai informasi dan pengetahuan mengenai keseluruhan aspek kehidupan komunitas yang dilayani. Hal ini demi memudahkan pelaksanaan strategi penyampaian berita sukacita dengan teknik yang tepat. Strategi penyampaian karya keselamatan Allah menyangkut metode atau prosedur, dan teknik yang dipergunakan di dalamnya. Ini bukanlah upaya yang mudah dan sederhana. Oleh karenanya, para pewarta tidak boleh memandang remeh persiapan pelayanan penginjilan. Perhatian yang khusus, keseriusan, dan kerja keras sangat diperlukan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan strategi tersebut.
Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat yang sarat dengan atmosfir legalistik, dengan tujuan menolong setiap insan berbalik dan berubah arah menuju kepada keselamatan sejati. Dalam hal ini Yesus tidak melewatkan satu peluangpun untuk mengupayakan pemberitaan Injil. Sekalipun ‘penolakan’ sering pula diterimaNya, tetapi semua itu tak menyurutkan hasrat hatiNya untuk menyampaikan kebenaran. Yesus mengomunikasikan suatu prinsip kebenaran dengan metode argumentasi yang tepat.
Mereka yang berseberangan pandangan dengan Yesus dapat berpikir ulang atas kesalahan pemikirannya saat keduanya berdiskusi. Bahkan tak jarang mereka pun bersedia mengubah cara pandangnya yang salah menjadi benar. Selain itu dalam kegiatan yang dilakukan, Yesus pun menyembuhkan penyakit fisik demi belas kasihNya kepada mereka yang menyandang sakit penyakit. Walaupun demikian, Dia menggunakan kesembuhan penyakit fisik sebagai proses mengajarkan kebenaran teologis tentang penyembuhan penyakit rohani yang sedang dinyatakan Allah kepada dunia. Kabar keselamatan tidak disampaikan ala kadarnya. Seperti juga Yesus yang memakai argumentasi yang sesuai untuk meluruskan konsep yang salah, terbukti sangat efektif dalam memudahkan penerimaan seseorang akan prinsip-prinsip kebenaran. Sudahkah seorang pelayan misi mengembangkan dirinya dengan keterampilan-keterampilan semacam ini?
Cara pandang Yesus kepada orang banyak menyatakan bagaimana kelembutan hatiNya. Kegelapan hidup insan berdosa memang menjadi perhatian utama Tuhan Yesus, itulah mengapa Ia memandang mereka dengan penuh belas kasihan. Manusia berdosa bagaikan domba tanpa gembala, terlantar, tersesat, tercerai berai. Hidup mereka yang demikian itu sangat melelahkan, mengenaskan, yang akhirnya menuju pada kesia-siaan dan kebinasaan. Setiap orang percaya perlu menyadari sepenuhnya akan anugerah belas kasihan dari Allah yang menjamin kehidupan kekalnya.Dengan cara yang sama pulalah, mereka berbelas kasihan kepada sesamanya yang hidup tanpa pengharapan. Begitulah bentuk solidaritas yang senantiasa perlu ditumbuhkan dalam diri orang-orang percaya.
Kristus mendorong para murid untuk mendoakan semakin banyaknya para pelayan pemberita Injil. Hal ini memperlihatkan tindakan nyata dari keprihatinan yang dirasakanNya. Pekerjaan yang besar hanya mungkin terwujud dengan mengandalkan campur tangan Tuhan di dalamnya. Tuhan Yesus mengarahkan pengandalan diri para murid kepada pengandalan akan Allah. Melibatkan Allah dalam pekerjaan pewartaan Injil merupakan pengakuan orang percaya akan keterbatasan kemampuannya mengatasi semua rintangan yang ada. Kuasa doa bagi pemberitaan kabar baik dapat diperluas bukan hanya untuk menambahkan jumlah para penuai tuaian.
Perluasan doa dapat meliputi permohonan untuk meningkatkan kualitas kemampuan para penuai, sehingga efektivitas karya mereka terandalkan. Doa yang demikian ini akan mendorong para pendoanya untuk melakukan evaluasi diri atas apa yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan dalam rangka menghayati panggilan pekerjaan misi. Apabila Tuhan sedang berada persis di hadapan anda sekarang, apakah permohonan yang akan anda sampaikan kepadaNya sebagai orang percaya?
Comment