KEMBANGKANLAH KIRANYA SAYAPMU

Mariana Poedji Christanti – FSI Club Ministry
Mariana Poedji Christanti – FSI Club Ministry
Demikianlah yang dilakukan Kristus sebagai Sang Penebus.  Dia mengabaikan kehidupanNya untuk menegakkan kehidupan umat yang dikasihNya.  Seperti Boas sebagai gambaran Kristus Sang Penebus, justru namaNya semakin agung dan mulia
KEMBANGKANLAH  KIRANYA  SAYAPMU

(Refleksi Ruth 1 - 4)

 Anna Mariana Poedji Christanti – FSI Club Ministry
http://radiosuaraharapan.com/
Majalah Suara Harapan – “Pria Ibrani itu menyukaiku.  Ya aku tahu dari caranya memandangiku.  Aku pun menyukainya sih,….tetapi ia seorang Ibrani.  Apakah ayah dan ibuku mengijinkannya?  Apa sebaiknya kucari tahu bagaimana pendapat ayah dan ibu soal ini?” demikian gemuruh suara hati gadis Moab itu ketika berdiri di depan cerminnya.  Peristiwa ini jauh sebelum Ruth, gadis Moab itu dipersunting oleh Mahlon, anak Naomi dan Elimelekh.
Ketika di Israel terjadi bencana kelaparan, Elimelekh dan istrinya yang adalah orang-orang Efrata dari Bethlehem – Yehuda, beserta kedua anak laki-laki mereka yaitu Mahlon dan Kilyon, hijrah ke negeri Moab.  Lalu Elimelekh pun mati, sehingga Naomi tertinggal bersama kedua anaknya.  Selama menetap di sana sepuluh tahun kemudian, Mahlon menikahi Ruth, sedangkan Kilyon mengambil Orpa sebagai istrinya.  Akhirnya mati jugalah Mahlon dan Kilyon.  Naomi sebatangkara di usianya yang lanjut.  Masih segar ingatan Naomi, ketika ia dan suaminya mencoba mencari peruntungan jauh di negeri orang.  Ia berangkat dengan bekal penuh, ada suami yang sehat bersama kedua putra yang masih muda dan kuat.  Tapi kini ia kehilangan segalanya.  Mungkinkah tangan Tuhan teracung padanya?  Naomi dan keluarganya lari dari masalah kelaparan di negerinya untuk menemukan jalan keluar.  Dia mungkin sama dengan kebanyakan orang lain, yang mengupayakan penyelesaian persoalan sendiri, tanpa menanyakan petunjuk Tuhan.  Betlehem yang berarti rumah roti, kini tak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi Naomi dan keluarganya.  Nama Betlehem sebagai rumah roti hanyalah sekedar arti yang kosong.  Namun kini, peruntungan yang diharapkannya tak pernah menetap di tangannya.  Sekalipun ada kedua menantunya, namun Naomi ingin menutup mata di negeri asalnya.  Mungkinkah kedua menantunya mau turut serta ke negeri asalnya?  Ataukah ia sudah memasung kebebasan kedua menantunya untuk tinggal sertanya selama ini?  Hmmmm….aku harus membicarakan dengan kedua menantuku secara terus terang.  Demikianlah beragam pertanyaan memenuhi pikirannya.
http://radiosuaraharapan.com/
Naomi memanggil Orpa dan Ruth untuk menyampaikan keinginannya kembali ke negeri asalnya.  Iapun menyuruh kedua menantunya untuk pulang ke rumah ibunya dan kepada bangsa maupun allahnya.  Namun kedua menantunya itu tak bergeming untuk meninggalkan Naomi.  Oleh karena itulah maka, dengan lembut Naomi memberikan pengertian yang masuk akal kepada keduanya.  Naomi memaparkan ketidakmungkinan adanya harapan kehidupan yang lebih baik apabila kedua menantunya turut serta bersamanya.  Tak adanya harapan bagi Naomi yang sudah tua untuk bersuami dan memiliki anak sebagai suami pengganti bagi kedua menantunya.  Rupanya penjelasan Naomi yang masuk itu dapat diterima Orpa, sehingga iapun berpamitan untuk meninggalkan Naomi.  Namun bagi Ruth, tidaklah demikian.  Memang penjelasan mertuanya itu sangat masuk akal, namun ia ingat arti pernikahan baginya bukanlah kebersamaan dua orang selama masih hidup, tetapi ikatan yang bersifat menyeluruh dan kekal.  Ketika Ruth memutuskan menikah dengan Mahlon, ia menikahi kebangsaannya, juga Allah yang dipercayainya.  Bagi Ruth bukan penjelasan yang masuk akal yang penting, namun keputusan iman menjadi hal utama.  Mertuanya tak dapat mendesak Ruth untuk pergi meninggalkannya.  Akhirnya merekapun menempuh perjalanan kembali ke negeri asal Naomi.
Kepulangan Naomi tentu menggegerkan orang-orang di kampung halamannya, sebab keadaannya yang papa secara ekonomi dan sosial sekarang, jauh berbeda dengan saat dulu hasratnya menggebu-gebu untuk merantau demi memperbaiki keadaan kehidupannya.  Bahkan Naomi seolah menganggap bahwa pahitnya kehidupannya terjadi karena hukuman Tuhan bukan karena kesalahannya.  Hal ini terbukti dengan keinginannya agar orang-orang di kampung memanggilnya Mara, yang berarti pahit.  Di samping itu, kepulangan Naomi dengan membawa menantu yang berasal dari negeri asing cukup mengherankan mereka.  Hal ini mengingkari keyakinan mereka.  Tuhan Allah melarang umat Israel untuk mengambil pasangan dari bangsa asing agar kesetiaan mereka kepadaNya tidak dibelokkan.
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Ruth bekerja memungut sisa-sisa jelai di ladang orang yang bermurah hati padanya.  Tidak ada sesuatupun yang kebetulan terjadi.  Dalam pengaturan Tuhan pulalah bahwa Ruth berjumpa dengan Boas pemilik ladang di mana ia memungut jelai.  Boas berasal dari kaum Elimelekh.  Ia telah mengetahui perihal kehidupan Ruth melalui apa yang dikabarkan orang kepadanya.  Boas seorang yang baik dan murah hati, hal ini terlihat bagaimana ia memperlakukan Ruth.  Boas ingin Ruth tetap memungut jelai di ladangnya selama musim menuai jelai.  Iapun berpesan agar Ruth tetap di dekat pekerja-pekerja perempuan demi perlindungan baginya.  Bahkan para pekerja lelaki dilarang mengganggu Ruth.  Ketika tiba waktu makan, Ruth mendapatkan bagian makanan seperti hamba-hamba perempuan Boas.  Ia makan hingga kenyang bahkan berlebih, dan disimpannya lebihannya bagi mertuanya.  Boas memesankan agar para pekerja perempuan sengaja meninggalkan jelai dari onggokan yang ada, agar dapat dipungut Ruth.  Itulah sebabnya, maka ketika pulang Ruth membawa jelai yang cukup banyak sesudah dikirik.  Ruth sangat berterimakasih atas kebaikan hati Boas kepadanya.  Ia pun belajar memahami bagaimana cara Tuhan memelihara kehidupannya dan mertuanya.  Ruth menceritakan semuanya itu kepada mertuanya setibanya di rumah.
Naomi bermaksud mencari perlindungan bagi Ruth.  Sebuah tawaran kepada Ruth untuk menikah lagi setelah melewati masa jandanya.  Calon suami yang diharapkan dalam hal ini tentulah harus memenuhi syarat hukum kekerabatan.  Dalam hukum kekerabatan tersebut berlaku bentuk penebusan seseorang yang secara umum lebih diterapkan pada konteks perkawinan (levirat).  Dalam hal ini Boaslah yang berhak ‘menebus’.  Maka, ketika tiba waktunya Boas menampi jelai di tempat pengirikan, Naomi memberikan nasihat kepada Ruth untuk mandi dan berurap sebelum menemui Boas.  Naomi menyuruh Ruth pergi ke tempat pengirikan dan mengarahkan pandangannya tertuju hanya ke tempat Boas berada.  Pada malam setelah Boas makan, minum, dan bergembira, iapun akan tidur.  Ketika Boas benar-benar telah tidur pulas, Ruth harus menyingkapkan selimut Boas dan tidur di bawah kaki Boas.  Selanjutnya, Naomi menyerahkannya kepada Boas karena menurutnya Boas mengetahui apa yang harus dilakukannya.

Sample Page

Ruth mematuhi apa yang dikatakan Naomi.  Ini bukanlah kepatuhan biasa, tetapi bentuk iman yang ditunjukkan Ruth sejak awal keputusannya untuk menikah dengan Mahlon.  Ia sudah berkeputusan untuk membiarkan Tuhan Allah Israel bekerja mengatur seluruh kehidupan dan masa depannya di kala ia menikah dengan seorang Ibrani.  Boas pun  terbangun karena hawa dingin yang menyusup di kakinya, karena selimutnya tersingkap oleh Ruth.  Iapun bertanya siapa yang ada di bawah kakinya, begitu disadarinya ada seorang perempuan yang tidur di sana.  Ruth menjawab siapa dirinya.  Lalu dikatakan permohonannya kepada Boas, “kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami”.  Boas sangat menghargai sikap Ruth yang lebih mengutamakan kepentingan keluarganya dari dirinya sendiri.   Sebagai seorang asing yang tidak memiliki tradisi perkawinan levirat, bentuk perkawinan yang demikian pastilah akan memasung rasa cintanya.  Bagaimana ia harus menikah dengan seseorang yang mungkin tidak dicintainya, sekalipun ia berhak menebus?  Tetapi Ruth yang mengabaikan perasaannya, dan mendahulukan kepentingan hukum yang berlaku di Israel.  Inilah bukti bahwa ia seorang yang berfokus kepada Tuhan.  Artinya, ia adalah seorang yang hanya menginginkan tujuan Tuhan terlaksana.  Apabila tujuan Tuhan terwujud, maka kebahagiaan sudah pasti akan dimilikinya.  Beriman berarti juga mengarahkan pandangan kepada tujuan Tuhan semata.  Inilah perubahan kerohanian yang tercermin dalam sikap dan karakter, yang dramatis dari seorang bangsa Moab yang telah mempercayakan hidupnya kepada Tuhan Allah orang Ibrani.  Iman Ruth yang demikian, telah memampukannya menembus rintangan tradisi dan budaya yang asing baginya.
Di pihak lain, Boas berjanji akan memenuhi permintaan Ruth mengingat reputasi Ruth sebagai perempuan baik-baik dalam masyarakat.  Namun, Boas menerangkan bahwa ada pihak yang jauh lebih berhak melakukan penebusan daripada dirinya.  Dalam hal ini, Boas mentaati hukum dan membiarkan Allah bekerja melalui kerabat dekat tersebut untuk menentukan mau tidaknya dia menebus Ruth.  Kedewasaan rohani yang mengagumkan telah diperlihatkan Boas.  Selanjutnya Boas menunjukkan sikap perlindungan terhadap reputasi Ruth yang berada di tempat pengirikan pada malam hari.  Boas juga menunjukkan perhatian akan kebutuhan jasmani dengan memberikan jelai untuk dibawa pulang Ruth.
Setibanya di rumah, Ruth menyampaikan apa yang terjadi kepada mertuanya.  Naomi menyuruh Ruth untuk menanti akhir dari peristiwa tersebut.  Semula terlihat bahwa Naomi seolah begitu aktif mengatur segala peristiwa ini, namun kini ia justru diam dan menunggu.  Baginya, kekecewaannya akan keterpurukannya di masa lalu harus diakhiri.  Ia harus bangkit membangun harapan bahwa Allah turut bekerja bagi kehidupannya dan Ruth.  Dalam hal ini, Naomi menggunakan haknya untuk memakai sepenuhnya penalaran yang diberikan Allah dalam mengatur strategi.  Itulah sebabnya ia terlibat aktif mengambil bagian dalam kehidupan Ruth yang dibentangkan Allah.  Selanjutnya, Naomi sadar kapan ia harus diam, dan mempercayakan semua pada karya Allah.  Inilah suatu bentuk penundukan kepada hukum Allah yang berlaku.
Boas yang memiliki pengaruh dalam masyarakat, memilih beberapa saksi untuk menunjukkan bahwa suatu perkara ditentukan bukan oleh karena paksaan tetapi karena musyawarah dan mufakat.  Dalam kebiasaan Yahudi, para tua-tua berkumpul di pintu gerbang sebagai simbol ‘pintu penyelesaian masalah’.  Melalui pintu gerbang itu pulalah orang mengawasi orang asing yang masuk.  Jadi pintu gerbang menggambarkan adanya suatu kontrol atau pengawasan.  Tuhan menggunakan tradisi yang berlaku di masyarakat Israel untuk menggenapi rancangan-rancanganNya.  Jelas terlihat campur tangan Tuhan di saat Boas mengatur perkara penebusan harta milik Elimelekh.  Sang penebus yang lebih berhak daripada Boas, ‘kebetulan’ lewat.  Tentulah dalam hal kedaulatan Allah tak ada kata ‘kebetulan’.  Sang penebus yang berhak itu tak bersedia menebus harta milik Elimelekh apabila harus menikahi Ruth juga, sebab ia sudah berkeluarga.  Sang penebus tersebut menyerahkan haknya kepada Boas untuk melakukan penebusan.  Boas pun membeli seluruh harta milik Elimelekh dan mengambil Ruth sebagai istrinya.  Boas juga bertanggungjawab menegakkan nama Elimelekh dalam garis keturunannya dan mengabaikan namanya sendiri.  Setelah Boas menghampiri Ruth, maka mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki yang dinamai Obed.  Obed inilah kakek Daud yang menjadi nenek moyang Sang Mesias.  Sebagai penebus, pada kenyataannya nama Boas tidak pernah lenyap, dan malah sebaliknya, makin dikenal orang.  Penebusan dalam hal ini berarti pengabaian diri sendiri untuk menegakkan pihak lainnya.  Demikianlah yang dilakukan Kristus sebagai Sang Penebus.  Dia mengabaikan kehidupanNya untuk menegakkan kehidupan umat yang dikasihNya.  Seperti Boas sebagai gambaran Kristus Sang Penebus, justru namaNya semakin agung dan mulia.
Komentar
Baca Juga :  Mencintai Anak Tanpa Kekerasan Fisik dan Mental

Comment