MENGAPA TUHAN MENGIZINKAN BADAI TERJADI?

Pdt. Esra Alfred Soru

Karena itu janganlah mengeluh, janganlah bersungut-sungut, janganlah kehilangan kepercayaan / iman apabila perahu kehidupanmu dihantam badai, termasuk badai tropis Seroja yang baru saja berlalu. Sebaliknya bersyukurlah karena semua diatur Tuhan untuk memberimu kesempatan melihat kuasa-Nya dan mengenal-Nya dengan lebih dalam.

Suara Harapan – Kita semua baru saja dihantam badai besar tapi bersyukur bahwa nyawa kita masih diselamatkan oleh Tuhan. Kita patut bersyukur untuk semuanya itu. Dan sekalipun ada banyak kerugian materi atau bahkan seandainya kita kehilangan orang-orang terkasih karena bencana ini, tapi kita harus tetap percaya bahwa semuanya dalam kendali Tuhan. Tuhan tahu apa yang diperbuat-Nya dan pasti semua mendatangkan kebaikan bagi orang-orang percaya (Rom 8:28) karena itu jangan sekali-kali kita kecewa pada Tuhan atau ragu kepada-Nya. Dia sanggup memelihara kehidupan kita.

Mungkin kita bertanya, mengapa Tuhan izinkan badai ini menghantam kita?.

Dalam Luk 8:22-25 ada kisah di mana murid-murid dihantam taufan / badai di tengah pelayaran mereka sehingga mereka hampir tenggelam. Mereka lalu berteriak minta tolong kepada Tuhan Yesus dan Tuhan Yesus lalu meneduhkan badai / taufan itu. Walaupun tidak persis sama tapi itu mirip dengan yang baru saja kita semua alami dengan badai tropis Seroja yang menghantam seluruh wilayah NTT ini.

Lalu mengapa Tuhan izinkan badai yang menakutkan dan mengancam hidup itu menerjang murid-murid dan juga kita? Saya melihat ada 3 tujuan di sana.

I. TUHAN MAU AGAR KITA MENYADARI KELEMAHAN KITA.

Satu hal yang tidak kebetulan adalah bahwa peristiwa badai taufan yang menghantam murid-murid Yesus itu terjadi di danau Galilea. Ingat bahwa beberapa dari murid Yesus adalah mantan nelayan yang sudah biasa mengarungi danau Galilea. Boleh dibilang itu adalah “lapangan” mereka dan mereka sudah berpengalaman di “lapangan” itu. Tapi justru sekarang di “lapangan” mereka itulah badai dan gelombang menghantam mereka dan nyaris binasa.

Baca Juga :  DATA TERBARU BENCANA DI KABUPATEN KUPANG

Apa sebenarnya yang mau dikatakan Tuhan lewat semuanya ini? Tuhan sedang mau katakan bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang lemah yang tanpa Tuhan pasti binasa. Ya, setiap badai kehidupan yang menghantam hidup kita sesungguhnya adalah pesan Tuhan untuk kita bahwa kita adalah makhluk lemah yang tanpa Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tanpa Dia kita akan binasa. Kita tidak bisa mengontrol segala sesuatu agar seturut dengan keinginan kita. Adam Clarke mengatakan : “Satu keuntungan dari ujian-ujian adalah membuat kita mengetahui kelemahan kita”.

Kiranya setiap kita bisa menangkap pesan Tuhan lewat badai-badai yang menghantam kehidupan kita, termasuk badai tropis Seroja yang baru saja memporak-porandakan NTT. Kita harus sadar bahwa kita begitu lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa, semua daya, kekuatan dan kehebatan kita hancur lebur hanya dengan badai beberapa jam saja. Dia Mahakuasa dan kita begitu lemah tak berdaya. Tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa.

II. TUHAN MAU MENGUJI DAN MENGUATKAN IMAN KITA.

Selain untuk menunjukkan kelemahan kita, badai itu juga dimaksudkan untuk menguji dan menguatkan iman kita. John Calvin bilang : “Dan hendaknya kita belajar bahwa kapan pun
terjadi peristiwa apa pun yang merugikan / bersifat bermusuhan, Tuhan menguji iman kita”. Ya, Tuhan mau menguji dan menguatkan iman kita melalui badai-badai hidup yang kita alami. Apakah kita tetap beriman dan berpegang pada firman-Nya? Lihatlah Ayub yang ditimpa oleh badai kehidupan. Tapi imannya tetap teguh kepada Allah. “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21).

Tuhan sudah berfirman bahwa Dia akan memelihara hidup kita. Dan untuk menguji apakah kita mempercayai-Nya dalam hal itu, Ia kirimkan badai yang menghantam / menghancurkan ekonomi / pekerjaan / bisnis / rumah kita untuk melihat apakah kita benar-benar percaya pada janji pemeliharaan-Nya? Dia sudah berfirman bahwa Dia akan melindungi kita di setiap jalan kita. Dan untuk menguji apakah kita mempercayai-Nya dalam hal itu, Ia kirimkan badai berupa bahaya yang mengancam hidup kita untuk melihat apakah kita benar-benar percaya pada janji perlindungan-Nya? Dia sudah berfirman bahwa Dia akan menyertai kita. Dan untuk menguji apakah kita mempercayai-Nya dalam hal itu, Ia kirimkan badai berupa kehilangan orang-orang yang terkasih, untuk melihat apakah kita benar-benar percaya pada janji penyertaan-Nya? Demikianlah setiap badai yang Ia kirimkan dalam hidup kita sebenarnya untuk menguji dan menguatkan iman kita. Dan karenanya biarlah kita tetap berpegang teguh pada setiap firman-Nya setiap kali badai kehidupan menerpa kita.

Baca Juga :  Kebencian akan Berakhir, Bila Dibalas dengan Tidak Membenci

III.TUHAN MAU MENUNJUKKAN KUASANYA DAN MEMPERKENALKAN DIRINYA KEPADA KITA.

Dalam Luk 8:25 dikatakan : “…. Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya? Hari itu, hari di mana murid-murid dihantam badai dan taufan, mata mereka melihat sebuah mujizat yang luar biasa bahwa angin badai, taufan, gelombang teduh seketika. Hari itu juga mereka menyadari mereka tidak sedang mengikuti seorang guru biasa. Ini lebih daripada seorang manusia. Dia Tuhan dan Allah. Seandainya perahu mereka tidak dihantam badai hari itu, mereka tidak berkesempatan untuk melihat mujizat yang luar biasa itu dan juga tidak mengenal Yesus dengan lebih baik.

Mengapa Tuhan membiarkan Israel ditindas dan menderita ratusan tahun di Mesir? Supaya pada waktu Ia menyelamatkan mereka dari sana, mereka dapat melihat kuasa dan keajaiban Tuhan serta dapat mengenal-Nya dengan baik dan berkata : “Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah” (Kel 18:10-11). Mengapa Tuhan membiarkan Naaman yang hebat itu terkena kusta? Supaya Ia bisa melihat kuasa Tuhan nyata atas dirinya dan mengenal Tuhan dengan benar dan mengaku : “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel” (2 Raj 5:15). Mengapa Tuhan membiarkan anak janda Sarfat jatuh sakit dan mati? Supaya Ia bisa melihat kuasa Tuhan dan percaya pada Firman Tuhan : “Sekarang aku tahu, …. firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.” (1 Raj 17:24). Ya, setiap badai hidup yang menerpa kita sebenarnya adalah sebuah kesempatan untuk melihat kuasa / mujizat Tuhan berlaku atas kehidupan kita. Ini tidak berarti bahwa Tuhan selalu akan membebaskan kita dari setiap problem. Tidak! Itu mungkin berarti bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan kepadamu untuk menanggung problem itu. Itu juga sebuah mujizat. Ingat lagu “Aman dan sejahtera walau di tengah badai…”. Tuhan bisa menghalau badai. Itu mujizat! Tapi Dia juga bisa membuat mujizat yang lain yakni memberikan keamanan dan ketenangan / sejahtera ketika kita ada di tengah badai. Demikian juga setiap badai hidup yang menerpa kita sebenarnya adalah sebuah kesempatan untuk mengenal Dia dengan baik.

Baca Juga :  Bupati Kupang: Warga Tetap Taat Prokes Selama Liburan Lebaran

Jika anda tidak pernah mengalami sakit, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Penyembuh? Jika anda tidak pernah
mengalami kesedihan, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Penghibur? Jika anda tidak pernah mengalami kekurangan, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Pemelihara? Jika anda tidak pernah mengalami ketakutan, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Pengawal? Jika anda tidak pernah mengalami bahaya, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Penjaga? Jika anda tidak pernah mengalami kesendirian, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Sahabat? Jika anda tidak pernah mengalami kebimbangan, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Penasehat? Jika anda tidak pernah mengalami tuduhan, bagaimana anda mengenal Dia sebagai Pembela?

Karena itu janganlah mengeluh, janganlah bersungut-sungut, janganlah kehilangan kepercayaan / iman apabila perahu kehidupanmu dihantam badai, termasuk badai tropis Seroja yang baru saja berlalu. Sebaliknya bersyukurlah karena semua diatur Tuhan untuk memberimu kesempatan melihat kuasa-Nya dan mengenal-Nya dengan lebih dalam. AMIN

Komentar