
“Waktu itu kepolisian juga turun, Pak Kepala Desa juga turun untuk data kerusakan-kerusakan. Katanya akan ada bantuan dari (pemerintah) pusat. Hanya kita menanti sampai saat ini belum ada. Belum ada kepedulian yang sesuai dengan janji dari pemerintah pusat,”
Kupang, Majalah Suara Harapan – Setelah 4 bulan lebih, korban badai Siklon Tropis Seroja di Desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, masih belum mendapatkan bantuan pemerintah berupa perbaikan rumah seperti yang pernah dijanjikan. Beberapa keluarga terpaksa bertahan di rumah tetangga dan kerabat karena rumah mereka tak layak ditempati.

“Ada sekitar 13 rumah yang sampai sekarang belum ditempati kembali dan mereka masih mengungsi di tetangga di sesama keluarganya karena rumah-rumah mereka satu seng pun sudah tidak ada lagi,” kata Kepala Desa Mata Air Benyamin Kanuk, S.Pd.K, Selasa (31/8/2021).
Beberapa keluarga, lanjut Benyamin, terpaksa mengirit jatah makan hanya untuk bisa membangun atap secara darurat agar bisa ditempati. “Ada beberapa orang yang karena situasi mereka sudah terpaksa untuk tidak makan. Harus jual mereka punya beras yang sisa untuk membangun. Walaupun hanya satu air saja yang penting atapnya selesai dan bisa tidur malam di sana,” terangnya.
Benyamin menjelaskan, pasca badai Seroja, pihaknya diminta bergerak cepat untuk mendata semua keluarga yang menjadi korban. Seingat dia ada sekitar 499 Kepala Keluarga di desanya yang waktu itu didata karena mengalami kerusakan rumah. Namun, ia tak ingat persis rincian terkait tingkat kerusakannya. Data-data itu kemudian dikirim ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Kupang melalui Tim Pendataan Percepatan Seroja.
Namun, hingga saat ini belum ada bantuan untuk rumah-rumah yang mengalami kerusakan tersebut, baik yang ringan, sedang maupun berat. Padahal, pemerintah pernah menjanjikan akan memberikan Rp 10 juta untuk kategori rusak ringan, Rp 25 juta untuk yang mengalami rusak ringan, dan Rp 50 juta untuk kategori rusak berat.
“Saya kira waktu itu bukan dijanji tapi sudah di informasikan melalui media massa televisi dan radio bahwa yang rusak berat itu nanti akan mendapatkan bantuan. Rumah-rumah itu akan direhab kembali. Sampai sekarang sudah bulan Agustus selesai tidak ada tanda-tanda untuk membangun kembali,” ujar Benyamin.
Ia mengaku setiap hari didatangi warga untuk menanyakan terkait bantuan yang tak kunjung sampai. Kepada warga ia mengatakan bahwa semua data sudah dikirim ke BPBD Kabupaten Kupang. Soal perkembangan bantuan yang dijanjikkan ia mengaku tidak tahu menahu. Karena itu ia berharap ada kejelasan dari pemerintah kabupaten terkait hal ini.
“Ada yang sudah perbaiki sendiri. Ada juga yang belum perbaiki. Saya kira BPBD bisa memberikan perhatian khusus kepada masyarakat kami ini supaya mereka bisa dilayani sesuai dengan apa yang diharapkan,” kata Benyamin.
“Atapun kalau memang tidak ada dana diperjelas di media massa atau di mana supaya masyarakat diam sudah dan jangan lagi datang ke saya untuk bertanya dan beharap,” ujarnya lagi.
Menurutnya, sejak badai Seroja menghantam wilayah NTT termasuk Desa Mata Air, korban di desanya hanya menerima bantuan berupa sembako. Bantuan lain seperti yang dijanjikan pemerintah belum ada hingga saat ini.

Bastian Taneo, salah satu warga yang juga menjadi korban Siklon Tropis Seroja mengaku kecewa dengan pemerintah. Kekecewaan itu disebabakan karena janji-janji pemerintah yang hingga saat ini belum direalisasikan.
“Waktu itu kepolisian juga turun, Pak Kepala Desa juga turun untuk data kerusakan-kerusakan. Katanya akan ada bantuan dari (pemerintah) pusat. Hanya kita menanti sampai saat ini belum ada. Belum ada kepedulian yang sesuai dengan janji dari pemerintah pusat,” ujar Bastian.
Ia mengaku sedang mengusahakan perbaikan rumahnya yang rusak akibat siklon tropis Seroja. Namun, ia juga berharap ada kelanjutan dari apa yang pernah dijanjikan pemerintah.
“Saya sudah siap bahan dan sudah sensor kayu hanya bahannya yang belum lengkap. Jadi kita mau menanti pemerintah. Kayaknya hujan sudah dekat-dekat ini jadi kita mau tinggal di mana nanti,” kata warga RT 10B RW 05 Dusun 2, Desa Mata Air ini.*Tim Suara Harapan