Keluarga yang Memelihara Ibadah

Ketidaksetiaan kepada Allah berdampak pada perilaku hidup setiap hari. Mereka kehilangan rasa hormat kepada keluarga. Terjadi ketidak harmonisan hubungan dalam keluarga karena saling mengkhianati seorang kepada yang lain

Maleakhi 3: 13-18
Tema : Keluarga yang Memelihara Ibadah

Foto/ ibadah bulan keluarga di Jemaat Pengharapan Dendeng

Pengantar
Kitab Maleakhi ditulis sesudah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel. Pada waktu itu Yehuda berada dalam kekuasaan Persia. Pajak sangat tinggi, kekeringan dan kegagalan panen karena hama belalang telah menyebabkan kelaparan (3:10-11).

Hidup menjadi sulit, banyak orang di Yehuda termasuk para pemimpin agama mulai mempertanyakan, apakah hidup akan berubah jika mereka sungguh-sungguh beribadah pada Tuhan.

Penjelasan Teks
Melalui Nabi Maleakhi Allah berfirman kepada umat Israel untuk menata kehidupan mereka sebagai umat Allah. Allah telah memilih umat Israel menjadi anak-Nya.

Allah berjanji memberkati umat-Nya jika mereka hidup dalam ketaatan, mematuhi segala kehendakNya. Namun umat Israel selalu melupakan bahwa Allah begitu mengasihi mereka, dan perintah Allah dirasa sebagai beban.

Ketika umat kehilangan rasa kasih dan hormat pada Allah maka ibadah tidak lagi penting bagi mereka. Allah menghendaki umatNya mempersembahkan korban-korban binatang yang tidak bercacat.

Padahal, di masa hidup nabi Maleakhi, umat Israel dan para imam telah terbiasa mempersembahkan korban-korban yang bercacat celah. Mereka tidak memberikan persepuluhan dengan tulus hati kepada Allah. Mereka menganggap sia-sia beribadah kepada Allah.


Ketidaksetiaan kepada Allah berdampak pada perilaku hidup setiap hari. Mereka kehilangan rasa hormat kepada keluarga. Terjadi ketidak harmonisan hubungan dalam keluarga karena saling mengkhianati seorang kepada yang lain.

Suami-suami meninggalkan istri mereka masing-masing, mengkhianati pernikahan lalu menikah dengan perempuan yang tidak mengenal Allah. Ketidaksetiaan umat kepada Allah berdampak juga terhadap relasi orang tua dan anak.

Baca Juga :  Bertolak Lebih ke Dalam

Anak-anak tidak lagi menghormati orang tua. Orang tua juga tidak menghormati anak-anak. Banyak keluarga yang hancur dan banyak anak-anak yang memberontak kepada orang tuanya. Hati mereka berbalik, tidak saling menghargai.


Mengapa hal ini terjadi? Rupanya bangsa ini berhadapan dengan pergumulan yang sangat besar dan mereka mempertanyakan keadilan Allah. Mereka melihat banyak orang yang tidak taat kepada Allah tapi hidup mereka semakin baik.

Sementara orang-orang yang dengan tekun memelihara ibadah kepada Allah justru menghadapi kesusahan. Ibadah kepada Allah, oleh sebagian orang dianggap sia-sia atau tidak ada guna. Mereka berkata”adalah sia-sia beribadah kepada Allah” (ay 14).

Apa untungnya melakukan sikap yang benar dan beribadah? Sementara orang fasik hidupnya mujur dan bahkan ketika mereka mencobai Allah pun mereka terluput (ay 15).


Sebagian orang Israel mempertanyakan kasih setia dan keadilan Allah kepada umat-Nya. Mereka itu percaya bahwa sekadar beribadah lahiriah saja kepada Allah sudah cukup untuk memperoleh berkat-Nya.

Sesungguhnya mereka keliru karena mengira sia-sia beribadah kepada Allah. Mereka tidak menyadari kekeliruan itu. Allah memandang perkataan mereka sebagai suatu pembicaraan yang kurang ajar tentang Allah (ay 13).


Tidak semua orang berpikir sia-sia beribadah kepada Allah. Di kalangan umat Israel, masih ada beberapa orang yang menghormati Allah, takut akan Dia dan hidup setia di hadapan-Nya. Mereka memahami kasih Allah dari sudut pandang yang benar. Pertama, mereka percaya bahwa Allah memperhatikan dan mendengar (ay. 16) oleh karena itu mereka tidak akan dilupakan.

Kedua, Allah mencatat kesetiaan orang-orang yang takut akan Allah dan menghormati nama- Nya. Allah berkata bahwa orang-orang yang benar akan menjadi milik kesayangan Allah (ay. 17). Akan terjadi pada waktunya bahwa mereka akan melihat perbedaan orang benar dan orang fasik (ay. 18).

Baca Juga :  Berawal dari Benih yang Kecil

Catatan Aplikasi
Beberapa hal bisa kita pelajari:

  1. Mengapa sebagian orang terjebak dalam pemahaman yang keliru bahwa beribadah kepada Allah adalah sesuatu yang sia-sia? Banyak penyebabnya. Mungkin ada yang merasa mengapa Allah membiarkan mereka menghadapi penderitaan hidup. Kemungkinan lain, karena kita memahami dan menempatkan Allah pada posisi yang keliru, dengan menjadikan Allah sebagai sekedar alat yang dapat memuaskan keinginan kita. Kita mengukur berkat Allah kepada kita hanya dengan harta benda yang dapat memuaskan kita. Berkat hanya dipandang sebatas materi. Kemungkinan lain lagi, kita berpikir bahwa ibadah dilakukan supaya diberkati dan diselamatkan. Kita lupa tentang ibadah sebagai bentuk syukur kepada-Nya bahwa karena telah diberkati dan telah diselamatkan Allah maka kita beribadah. Menyadari akan kemungkinan- kemungkinan itu maka kita harus hati-hati agar tidak mendangkalkan makna ibadah, bila kemakmuran materi tidak tercapai maka kita tidak lagi beribadah kepada Allah. Pandemi covid 19 ini memberi satu pelajaran penting bahwa kehidupan dan kesehatan keluarga sebagai pemberian Allah, lebih penting daripada materi apa pun.
  2. Ibadah adalah ketetapan Allah sendiri bagi manusia. Dengan beribadah manusia dapat menghidupi relasi dengan Allah yang membawa manfaat dalam kehidupan. Karena itu janganlah seseorang menjauhkan diri dari ibadah.

Ibadah bukan semata ide atau gagasan kita. Ibadah itu gagasan Tuhan untuk kebaikan kita. Kalau kita ingat Tuhan, kita diberi kemampuan untuk mengatur hidup kita dengan baik. Ibadah bermanfaat agar kita memiliki ketekunan.

Dengan ketekunan maka ujian-ujian dalam hidup membuat kita semakin kuat. Ibadah mengandung janji baik untuk hidup sekarang, maupun yang akan datang.

Baca Juga :  HAMBA YANG SETIA
  1. Apakah hidup orang yang sungguh-sungguh beribadah kepada Allah dan orang fasik akan sama saja seperti anggapan sebagian umat Israel di atas? Jawabannya tidak. Pada waktunya mereka akan sadar bahwa Allah akan membuat pembedaan dan orang-orang yang setia, akan mendapat berkat-Nya sendiri. Allah memperhatikan dan mendengarkan. Allah mengetahui apa pun yang dipikirkan atau dikatakan tentang Dia, tentang segala aturan hukum yang dinyatakan-Nya, juga tentang peribadahan. Allah menulis itu. Ia akan memberi apresiasi kepada mereka yang tetap percaya dan bertekun. Tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah. Segala sesuatu yang dibuat manusia tampak oleh Allah. Karena itu pelayanan kita kepada Allah tidak ada yang sia-sia. Ingatlah apa yang tertulis dalam 1 Korintus 15: 58 “Karena itu, saudara- saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”.

Tuhan memiliki memori penyimpanan yang tidak terbatas. Ketaatan dan kebaikan kita tidak hanya dilihat oleh Tuhan, tetapi juga tertulis dalam kitab-Nya. Sehingga kesungguhan kita untuk setia kepada firman-Nya tidak akan“sia-sia”.


Di bulan keluarga GMIT, kita diingatkan untuk memelihara ibadah kepada Allah. Itu bukan hal yang sia-sia. Ibadah sangat bermanfaat untuk keberlangsungan

kehidupan kita, dalam menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan. Karena itu, mari lakukan ibadah dengan setia.

Pertanyaanya, masih setiakah kita beribadah? Bagaimana dengan ibadah keluarga, apakah di rumah kita juga ada ibadah keluarga?

Ingat, orang yang menghorrmati Tuhan tidak akan ada alasan untuk tidak beribadah.*(LB)/ Bahan Bulan Keluarga Sinode GMIT

Komentar

Comment