Keluarga Yang Percaya Pada Pemulihan Allah

Tekanan hidup terkadang menyulitkan kita. Kita merasa tidak berdaya. Kita marah dan kecewa. Kita kuatir akan masa depan. Namun kesulitan hidup bukan alasan untuk meragukan bahkan meninggalkan Tuhan.

Rut Pasal 1

Mengikut Yesus keputusanku. Ada kisah dibalik penulisan lagu ini. Lagu yang berjudul asli I have decided to follow Jesus. Kisah ini terjadi sekitar tahun 1800-an di Assam, daerah bagian timur India. Saat itu, para misionaris asal Inggris pergi ke Assam untuk memberitakan Injil.

Kehadiran mereka dibenci oleh masyarakat setempat. Namun, ada satu keluarga yang akhirnya menerima Yesus sebagai Tuhan. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami isteri dan dua orang anak mereka. Sang suami bernama Nokseng. Melalui keluarga ini, Injil semakin menyebar di Assam.

Situasi tersebut tidak disukai oleh kepala suku. Ia marah dan mengadili keluarga ini di tengah-tengah masyarakat. Keluarga ini harus berpaling dari iman kepada Kristus. Jika tidak, ia akan membunuh mereka. Tetapi ancaman itu tidak membuat mereka mundur. Nokseng justru berkata, “I have decided to follow Jesus. No turning back (Mengikut Yesus keputusanku, ku tak ingkar).” Kesal dengan perkataan itu, kedua anak Nokseng pun dibunuh dengan cara ditombak sampai mati.


Kepala suku pun kembali meminta Nokseng dan istrinya meninggalkan iman mereka. Jika tidak, sang isteri akan dibunuh. Nokseng dan isterinya tidak menyerah.

Nokseng berkata, “Though none go with me, still I will follow (Tetap kuikut, walau sendiri).” Sang istri pun akhirnya dibunuh. Dalam keadaan sendiri, Nokseng tetap tidak meninggalkan imannya. Ia berucap, “The cross before me, the

world behind me. No turning back (Salib di depan, dunia di belakang. Ku tak ingkar).” Ia pun akhirnya dibunuh. Tetapi kematian Nokseng dan keluarganya justru awal mula berkembangnya Injil di daerah itu.

Iman yang dipertahankan sampai akhir membuat kepala suku dan masyarakat gelisah dan penasaran. Mereka pun akhirnya belajar tentang Injil dan menerima Tuhan secara pribadi. Perkataan Nokseng pun diabadikan dalam lagu I have decided to follow Jesus.
Menjadi keluarga Kristen tidak mudah. Setiap kita berhadapan dengan berbagai persoalan dan tawaran yang dapat membuat kita menyerah. Nokseng dan keluarganya harus berhadapan dengan bahaya maut.

Baca Juga :  MATA DITUTUP DAN TELINGA DIBUKA

Naomi dan keluarganya harus berhadapan dengan bahaya kelaparan dan kematian orang-orang terkasih. Saat ini tantangan apa yang sedang kita hadapi? Mari belajar menjadi keluarga yang percaya pada pemulihan Allah. Keluarga yang tetap mempertahankan imannya sampai akhir. Keluarga yang tidak menyerah dalam kondisi apapun.


Rut 1 memuat cerita tentang keluarga Elimelekh. Elimelekh disebutkan memiliki seorang isteri yang bernama Naomi dan dua orang anak laki-laki bernama Mahlon dan Kilyon. Keluarga ini pergi dari Betlehem-Yehuda dan menetap di Moab karena bencana kelaparan yang dihadapi oleh umat Israel pada zaman hakim-hakim. Gambaran mengenai keluarga Elimelekh ini, memberikan kita beberapa pemahaman.

Pertama, bencana kelaparan itu pasti sangat serius dan terjadi bukan hanya di Betlehem, tetapi di seluruh tanah Israel. Karena keluarga Elimelekh tidak memilih untuk pergi ke bagian lain dari tanah Israel. Tetapi memilih untuk menjadi pendatang di negeri asing, sekalipun hidup sebagai pendatang tidaklah mudah.

Mereka tidak punya hak yang sama dengan penduduk setempat. Kelangsungan hidup mereka pun bergantung pada keramahan penduduk setempat.

Kedua, bencana kelaparan itu tampaknya berlangsung beberapa tahun sehingga persediaan makanan keluarga Elimelekh menipis dan memaksa mereka pergi ke Moab. Setelah kira-kira sepuluh tahun, barulah Naomi mendengar bahwa bencana kelaparan telah berakhir.

Ketiga, kitab Rut tidak menyebutkan alasan dari bencana kelaparan tersebut. Kemungkinan kelaparan itu disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga mengurangi ketersediaan air bahkan mengeringkan sumur. Jika dihubungkan dengan keadaan orang Israel pada masa hakim-hakim memerintah, maka diketahui bahwa orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Hak. 17:6; 21:25; bnd. 18:1; 19:1). Dalam konteks ini, bencana kelaparan dan ketaatan kepada Tuhan saling berkaitan. Situasi ini hampir sama dengan masa sebelum Gideon memerintah (Hak. 6:.1-4).

Keempat, kekeringan tidak memengaruhi Moab yang daerahnya sangat dekat dengan Israel, hanya dipisahkan oleh Laut Mati. Dalam bencana kelaparan, Moab menjadi pilihan terbaik bagi keluarga Elimelekh untuk bertahan hidup. Namun, pilihan terbaik tidak selalu mendatangkan hasil yang baik. Tidak lama setelah mereka tinggal di Moab, Elimelekh meninggal. Bersama dengan kedua anak laki-lakinya, Naomi melanjutkan hidup di tanah Moab. Kedua laki-laki itu memperistri perempuan Moab. Mahlon mengambil Rut sebagai isterinya dan Kilyon mengambil Orpa sebagai istrinya (bnd. Rut 4:10).

Baca Juga :  Bupati Kupang Mengucapkan Terima Kasih Kepada Ketua Konas, Emilia Nomleni

Setelah kira-kira sepuluh tahun kemudian, Mahlon dan Kilyon pun meninggal. Kematian Mahlon dan Kilyon membuat Naomi, Rut dan Orpa kehilangan perlindungan di tanah Moab. Mereka menderita, namun penderitaan Naomi adalah penderitaan berganda karena ia adalah seorang janda dan seorang pendatang.

Dalam penderitaan karena kehilangan dan keterbatasan, Naomi rindu untuk memperoleh pemulihan. Setelah mendengar tentang pemulihan yang Tuhan kerjakan bagi orang Israel. Naomi sadar bahwa pemulihan yang ia cari hanya ada di dalam Tuhan.

Ia sadar bahwa sebagai manusia ia tidak hanya bekerja mencari makan dan memenuhi perutnya hingga kenyang, ia perlu Tuhan yang sanggup memuaskan rasa laparnya akibat dukacita dan tekanan hidup.

Perubahan sikap Naomi dalam memahami hidup tergambar jelas dalam doanya di tengah perjalanan kepada menantunya. Doa Naomi memuat pesan kepada Rut dan Orpa bukan hanya agar mereka pulang ke rumahnya, ke daerah asalnya, tetapi juga agar mereka melanjutkan hidup di tanah Moab dengan tetap setia kepada Tuhan. Naomi yakin bahwa berkat Tuhan disediakan bagi setiap orang yang setia kepada-Nya.

Pada akhirnya Orpa pulang dengan mewarisi iman dari Naomi, sedangan Rut memilih untuk melanjutkan hidupnya dengan tetap mengikuti Tuhan bersama Naomi.
Ketika tiba di Betlehem, saudara-saudara Naomi menyambutnya dengan memanggil namanya. Naomi yang berarti menyenangkan. Tetapi bagi Naomi nama itu kontras dengan kehidupannya. Ia meminta mereka untuk menyebutnya, Mara yang berarti kepahitan.

Perjalanan keluarga Elimelekh dari Betlehem ke Moab diakhiri dengan perjalanan kembalinya Naomi dan Rut ke Betlehem. Perjalanan yang diawali dengan keraguan akan pertolongan Tuhan di masa sulit, menjadi perjalanan yang terjadi karena percaya akan pemulihan Tuhan.


Tekanan hidup terkadang menyulitkan kita. Kita merasa tidak berdaya. Kita marah dan kecewa. Kita kuatir akan masa depan. Namun kesulitan hidup bukan alasan untuk meragukan bahkan meninggalkan Tuhan. Dalam upaya menjadi keluarga yang percaya pada pemulihan Allah, Nokseng dan keluarganya mengingatkan untuk tetap mempertahankan iman sampai akhir.

Baca Juga :  PENGHIBURAN DIBALIK KEKECEWAAN

Berani mempertahankan kebenaran. Tidak takut akan segala sesuatu. Mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Pada pihak lain, Naomi dan keluarganya pernah membuat keputusan yang salah. Namun, Naomi dan keluarganya berani untuk kembali kepada Tuhan. Ada empat keteladanan yang dapat dipelajari, yakni:

  1. Bersedia Mendengar
    Dengan mendengar, Naomi menyadari akan kesalahannya. Imannya bertumbuh melalui pendengaran. Keluarga Kristen perlu belajar untuk peka mendengar kehendak Tuhan. Saat ini, orang cenderung fokus pada kesulitan dan rutinitas. Keluarga seolah-olah tidak ada waktu bagi Tuhan. Kepekaan mendengar kehendak Tuhan diperoleh dari kedekatan hubungan kita dengan Tuhan. Karena itu, keluarga perlu berkomitmen untuk membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan. Bergumul, berdoa bahkan berpuasa bersama.
  2. Berani Berbalik
    Naomi yang sadar akan kesalahannya, menjadi Naomi yang berani berbalik untuk mengikuti Tuhan dan percaya pada pemulihan-Nya. Sikap Naomi menjadi teladan bagi Rut dan Orpa. Mereka menjadi berani dalam mengambil sikap. Banyak orang yang yang mudah putus asa bahkan sampai mengakhiri hidupnya sendiri. Karena tidak mampu menanggung kesulitan hidup. Mari membangun iman keluarga, sehingga keluarga pun berani mengikuti Tuhan dalam segala situasi.
  3. Bersaksi
    Naomi mengajarkan Rut dan Orpa tentang pentingnya hidup takut akan Tuhan dengan bersaksi akan perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Dalam keluarga, orangtua harus senantiasa mengajarkan anggota keluarga untuk mengenal Tuhan dan tetap berpaut pada-Nya.
  4. Berprinsip
    Pulang kembali ke Betlehem adalah keputusan yang berat bagi Naomi. Ia pasti menjadi buah bibir orang lain, keluarganya, bahkan mungkin ia menerima olokan. Tetapi Naomi mengabaikan semuanya itu. Naomi berpegang pada prinsipnya untuk percaya pada pemulihan Allah.
    Dalam menghadapi kesusahan hidup, setiap keluarga, setiap pribadi harus punya prinsip untuk tetap takut Tuhan. Sekalipun kita pernah salah langkah, tetapi yang menentukan masa depan kita adalah keputusan kita saat ini. Mari menjadi keluarga yang percaya pada pemulihan Allah dengan berprinsip untuk tetap mengikuti Tuhan.* ABL/Bahan Sinode GMIT

Komentar