MOTIVASI DALAM BERKARYA

Maks Fioh

“APAPUN JUGA YANG KAMU PERBUAT, PERBUATLAH DENGAN SEGENAP HATIMU SEPERTI UNTUK TUHAN DAN BUKAN UNTUK MANUSIA”

Suara Harapan – Sebuah kata sederhana yang lazim kita dengar atau baca di mana saja dan kapan saja. Namun sesungguhnya kata sederhana itu tak sesederhana yang disangka. Mengapa? Karena kata itu ibarat sebuah lokomotif dan atau kekuatan penggerak yang menjadi daya dorong atau daya tarik seseorang melakukan sesuatu hal atau sebuah pekerjaan, ataupun aktivitas tertentu.

Anda menjadi seorang pekerja formal (ASN, TNI/Polri, karyawan BUMN, dll)..apa motivasinya? Kalau motivasinya hanya sekedar agar punya pekerjaan tetap, terima gaji alias cari makan, sebagai prestise atau motivasi klise lainnya maka niscaya apa yang anda kerjakan hanyalah “business as usual” atau sekedar sebuah rutinitas belaka tanpa inovasi, tanpa gagasan baru, tanpa terobosan, tanpa kreativitas. Semua berjalan biasa-biasa saja dan seperti biasanya.

Baca Juga :  Arkelog Israel Menggali Situs Diduga Tempat Makam Yosua

Anda menjadi seorang politisi (wakil rakyat, pejabat politik, pengurus parpol dan berbagai jabatan politik lainnya). Apa motivasinya? Kalau hanya sekedar “cari makan/cari hidup” dan bukan untuk sebuah panggilan pengabdian bagi rakyat yang diwakili maka lagi-lagi akan terlihat seperti apa kiprahmu di lembaga-lembaga terhormat itu. Apa yang anda perjuangkan di sana? Kepentingan pribadimu? Kelompokmu? Golonganmu? Atau kepentingan siapa di sana?

Anda menjadi seorang rohaniawan/tokoh agama. Apa motivasinya? Melayani Tuhan melalui talenta dan potensimu? Menjadi soko guru yang baik dan memberi teladan bagi umat yang anda pimpin? Ataukah sekedar sebagai sebuah “profesi cari makan/cari hidup” atau untuk sebuah prestise atau motivasi lainnya? Semua itu akan terlihat dari caramu mengerjakan tanggung jawab pelayanan dan juga buah pelayananmu.

Baca Juga :  Yesus Hadir di Tengah Krisis

Anda menjadi seorang pedagang atau bisnisman. Apa motivasinya? Bekerja demi sebuah keteraturan sistem dan siklus ekonomi kehidupan yang baik dengan cara-cara yang halal dan benar ataukah anda bekerja dengan menghalalkan segala cara demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan hak-hak orang lain? Motivasimu akan terlihat dari caramu berbisnis atau berdagang.

Anda menjadi seorang tukang bangunan. Apa motivasinya? Bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk.menghasilkan sebuah karya yang bermutu dan bernilai tinggi dengan talenta dan keahlianmu? Ataukah sekedar hanya bekerja mencari sesuap nasi dengan tidak peduli soal kualitas bangunan yang anda kerjakan alias kerja asal jadi tanpa memikirkan perasaan orang yang memberikan kepercayaan kepadamu untuk mengerjakan bangunan miliknya?

Semua itu kembali pada apa motivasimu ketika memilih untuk menjalani sebuah profesi. Apakah sebuah panggilan pengabdian yang tulus ataukah sekedar didasarkan pada motivasi-motivasi pragmatis yang oppurtunistik?
Saya teringat sebuah ayat kitab suci (Alkitab) yang menegaskan tentang pentingnya sebuah motivasi sebagai landasan etika Kristen “APAPUN JUGA YANG KAMU PERBUAT, PERBUATLAH DENGAN SEGENAP HATIMU SEPERTI UNTUK TUHAN DAN BUKAN UNTUK MANUSIA” (Kolose 3:23). Atas dasar Biblical ini maka etika Kristen bagi sebuah pekerjaan atau profesi apapun memiliki dimensi moral dengan standar yang sangat tinggi. Karena itu, sekali lagi betapa pentingnya sebuah motivasi yang melatarbelakangi sebuah pilihan profesi maupun panggilan hidup yang kita jalani. Kiranya catatan sederhana ini memberi inspirasi reflektif bagi kita semua dalam menjalani profesi atau tanggung jawab apapun yang kita jalani di medan layan kita masing-masing.

Baca Juga :  Bertolak Lebih ke Dalam

MOTIVASI DALAM BERKARYA

Komentar