DI MANA KASIH-NYA?

Allah mampu menyatakan kasih-Nya dengan cara yang melampaui pikiran kita

Majalah Suara Harapan – Allah adalah kasih. Kalimat ini bukan hal asing bagi setiap orang percaya. Namun, pernahkah kita bertanya mengapa Allah yang kasih mengizinkan umat-Nya mengalami penderitaan di dunia? Atau mengapa Allah membiarkan umat-Nya disiksa ketika melakukan pekerjaan-Nya di tengah dunia ini? Kita sulit sekali melihat kasih-Nya di dalam kondisi seperti ini. Tetapi pernahkah kita memikirkan ulang mengenai definisi kasih yang Allah maksudkan?

Kita adalah manusia berdosa di mana seluruh keberadaaan kita pun sudah jatuh ke dalam dosa termasuk pengertian kita. Kita sering kali mendefinisikan banyak hal yang didasarkan pada diri kita dan pengertian kita yang berdosa dan terbatas. Sama halnya dalam mendefinisikan kasih. Kita sering memikirkan kasih itu adalah suatu hal yang harus ternyatakan dalam suatu tindakan yang menguntungkan.

Misalnya, kita akan mengatakan jika seseorang penuh kasih jika dia memperhatikan kita atau jika dia sering memperhatikan orang lain juga. Kita pun memberlakukan definisi tersebut kepada Allah. Jika Allah memenuhi semua keinginan kita dan mencukupkan kebutuhan hidup kita, maka kita baru bisa mengerti bahwa Allah itu kasih. Jadi apakah Allah tidak mengasihi orang miskin? Atau Allah tidak mengasihi anak yatim piatu? Tentu bukanlah demikian.

Allah mampu menyatakan kasih-Nya dengan cara yang melampaui pikiran kita. Salah satu buktinya adalah melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib, Ia rela mengorbankan Anak-Nya untuk menggantikan kita. Kasih Allah sudah sangat nyata dalam hidup kita, namun kesalahan ada pada kita yang terus gagal memahaminya. Kita akan sangat mudah melihat hal baik dari sesuatu yang menguntungkan kita, namun kita akan sulit untuk melihat hal baik dari sesuatu yang merugikan kita.

Kondisi seperti ini sering kali terjadi dalam kehidupan rohani kita. Kita akan mudah menyadari bahwa Allah adalah kasih saat kita berada dalam kondisi hidup yang menyenangkan. Kita akan terus mengucap syukur kepada Allah jika Ia mengizinkan kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun, saat hidup begitu susah dan kita berada dalam kondisi yang tidak kita harapkan, masih bisakah kita melihat kasih-Nya dan bersyukur atas setiap hal yang ada dalam hidup kita? Mungkin bisa, namun lebih sering tidak.

Kita tidak bisa membatasi makna kasih Allah sesuai definisi kita. Mari kita terus mengingat bahwa Ia adalah Allah yang baik dan segala sesuatu yang ada dalam hidup kita ada di dalam pengaturan-Nya, termasuk penderitaan. Dan kita harus mengingat bahwa Ia bukanlah Tuhan yang mengerjakan segala sesuatu tanpa tujuan.*Stemi ]]>