GMIT Minggu Sengsara IV: Kesulitan akan Berlalu

Minggu Sengsara IV: 20 Maret 2022
Bacaan Alkitab: Yesaya 55:1-13
Tema : Kesulitan akan Berlalu

Jaminan hidup yang diberikan Allah bukan hanya berupa pemenuhan kebutuhan
jasmani, tetapi juga pemenuhan kebutuhan rohani. Mereka, bukan hanya mendapatkan air, gandum, anggur dan susu, tetapi juga mengalami sukacita, damai
sejahtera dan pembebasan.


Majalah Suara Harapan – Semua orang tentu berharap memiliki keluarga yang bahagia, pekerjaan yang baik dengan lingkungan kerja yang menyenangkan, dan penghormatan dari orang lain. Namun hidup tidak selalu berlangsung sebaik dan seindah harapan itu.

Ada kesulitan hidup yang Tuhan ijinkan terjadi agar kita menjadi pribadi yang tangguh dan semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Bangsa Yehuda pun, sebagai umat pilihan Tuhan, pernah mengalami situasi hidup yang sulit. Ketika bait Allah dihancurkan, kota Yerusalem direbut dan penduduknya dibunuh dengan pedang, mereka yang luput dari pembunuhan diangkut ke dalam pembuangan di Babel. Bangsa Yehuda mengalami keputusasaan (2 Taw. 36:11-21) ketika dijajah dan dibuang ke Babel. Dalam situasi pembuangan itulah, pesan kenabian yang tercatat pada Yesaya 55
disampaikan kepada bangsa Yehuda.

Yesaya 55 adalah ajakan dari Allah kepada setiap orang yang haus dan yang
tidak mempunyai uang. Allah memanggil mereka agar datang kepada-Nya dan
mendengarkan pengajaran-Nya. Sebutan “orang yang haus dan yang tidak
mempunyai uang” sesuai dengan gambaran bangsa Yehuda yang sedang mengalami kesulitan hidup di negeri pembuangan. Mereka merindukan pemulihan sebagai bangsa yang berdaulat. Ingatan mereka tentang kebesaran bangsanya di masa silam membuat mereka sangat merindukan pemulihan.

Nabi Yesaya menyampaikan berita
baik kepada bangsa itu, bahwa sekalipun bangsa Yehuda menolak pengajaran Tuhan
dan hidup dengan moralitas yang buruk, namun Allah tidak melupakan mereka.
Yesaya 55 menjelaskan bahwa setiap orang yang datang kepada Tuhan dan
mendengarkan perkataan-Nya akan memperoleh jaminan hidup dan perjanjian abadi.

Hidup manusia tidak terjadi begitu saja, demikian pula kehidupan suatu bangsa.
Kebutuhan hidup sangat kompleks. Air, gandum, anggur dan susu adalah ragam
kebutuhan jasmani (pangan, sandang dan papan). Tidak mudah bagi bangsa Yehuda
di pembuangan untuk mendapatkan hal-hal tersebut. Bahkan, kesulitan seperti itu tak terhindarkan ketika nanti mereka telah keluar dari pembuangan dan menjumpai
keadaan negerinya yang telah hancur.

Allah mengetahui pergumulan mereka dan
menyediakan diri-Nya sebagai “tempat” mereka dapat mengantungkan harapan. Allah menjaminkan hidup bagi setiap orang yang mencari-Nya dan mendengarkan-Nya.

Jaminan hidup yang diberikan Allah bukan hanya berupa pemenuhan kebutuhan
jasmani, tetapi juga pemenuhan kebutuhan rohani. Mereka, bukan hanya mendapatkan air, gandum, anggur dan susu, tetapi juga mengalami sukacita, damai
sejahtera dan pembebasan.


Perjanjian yang diungkapkan dalam Yesaya 54 diulangi lagi dalam Yesaya 55.
Perjanjian yang abadi itu dibuat karena kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan. Kasih setia Allah kepada Daud ditunjukkan dengan kemajuan pesat kerajaan Israel pada masa pemerintahan Daud. Pada masa pemerintahan Daud, kerajaan Israel menjadi kerajaan yang kuat dan besar.

Janji Allah tidak bersifat temporal sehingga
dapat berhenti pada suatu masa. Janji Allah bersifat abadi, terus berlangsung, tiada henti. Yesaya 55:13 mengambarkan tentang kemungkinan-kemungkinan baik yang akan dialami bangsa Yehuda di masa depan. “sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad”. Tentu saja, poisisi umat dalam perjanjian kasih setia antara Allah dan umatNya, bukan sebagai objek dari perjanjian melainkan sebagai subjek.

Perjanjian abadi menegaskan
tanggung jawab umat sebagai pelaku aktif karya perubahan agar segala sesuatu
menjadi baik sesuai harapan. Umat terikat pada perjanjian abadi Tuhan Allah
sehingga terus bertumbuh dalam penyertaan Tuhan menjadi umat yang aktif
melakukan kebaikan dan mengupayakan perubahan situasi kehidupan demi mesa
depan yang lebih baik. Ketika bangsa Yehuda mengikatkan diri pada perjanjian
Tuhan, maka perubahan hidup terjadi. Mereka yang tadinya dihinggapi oleh
keputusasan justru pulang dengan sukacita dan damai sejahtera.


Di Babel,Tuhan memanggil umat Yehuda agar semakin mendekat
kepadaNYA guna mendapatkan jaminan hidup dan perjanjian abadi. Dua hal itu
menopang umat agar tidak putus asa dan meratapi kesulitan, melainkan terus
berusaha memperbaiki diri, bangsa dan alam sekitarnya. Napas hidup berasal dari
Allah. Kesempatan hidup bersumber dari Allah. Apa pun situasinya, hidup adalah
pemberitan Allah. Dalam keadaan yang teramat sulit kita dapat menghampiri Allah
guna memperoleh jaminan kehidupan dan perjanjian abadi.

Pesan kenabian Yesaya, kepada umat di pembuangan, mengingatkan kita
tentang panggilan Tuhan Yesus kepada semua orang yang letih lesu dan berbeban
berat agar datang kepadaNya (Mat.11:28). Sekalipun kita seringkali melupakan Allah,
namun Allah tidak pernah melupakan kita. Berita ini memberi harapan kepada
semua orang yang merindukan kedamaian, kesejahteraan dan pembebasan.Tuhan
Allah tidak pernah membiarkan kita sendirian menghadapi situasi hidup yang buruk dan sulit.

Peristiwa kesengsaraan Tuhan Yesus kita rayakan setiap tahun dengan
maksud agar kita terus mengingat dan menghidupi kasih Allah yang sempurna dan aktif. Tuhan tidak berdiam diri terhadap kesulitan-kesulitan yang kita alami.

Tuhan tidak menghendaki kita putus asa dan meratapi keadaan. Ia memanggil, menemukan dan memulihkan kita agar dikuatkan oleh FirmanNya, agar terus berkarya bagi sesama dan semesta tanpa kenal lelah.*Sinode GMIT ]]>