Kebangkitan Yesus adalah Jaminan Kebangkitan Kita

Sebab manusia dapat tetap bertahan pada situasi yang sulit sekalipun ketika ia memiliki harapan. Harapan akan membuatnya mampu melihat peluang di tengah tantangan. Tanpa pengharapan seorang manusia bisa “mati pelan-pelan”.

Bacaan Alkitab 1 Korintus 15: 12-34

Majalahsuaraharapan-Banyak orang yang memprediksikan bahwa konflik Rusia dan Ukraina sebagai tanda dimulainya
perang dunia III. Berita ini tentu saja membuat banyak orang cemas dan takut.

Jika prediksi perang ini terjadi maka dunia akan menerima banyak konsekuensi. Walaupun tidak terlibat perang secara langsung namun dampaknya pasti akan terasa hingga ke pelosok-pelosok desa.
Terutama kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi berbagai aspek hidup.

Di Eropa, banyak orang mengeluh tentang makin mahalnya harga barang. Dalam era globalisasi seperti sekarang, kejadian di suatu negara akan memiliki pengaruh terhadap negara lian juga.

Berita tentang perang ini bisa saja membuat kita kuatir. Namun kita percaya bahwa pengharapan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Siapa saja dapat membuat orang lain menderita dan sengsara namun orang itu tidak bisa membuat kita hilang pengharapan.

Sebab manusia dapat tetap bertahan pada situasi yang sulit sekalipun ketika ia memiliki harapan. Harapan akan membuatnya mampu melihat peluang di tengah tantangan. Tanpa pengharapan seorang manusia bisa “mati pelan-pelan”.

Ayat 12-19: tidak semua anggota jemaat di Korintus percaya tentang kebangkitan orang mati. Hal ini disebabkan karena kepercayaan mereka telah bercampur dengan keyakinan pada aliran
filsafat yang berkembang pada saat itu. Dua aliran filsafat yang berkembang pada saat itu adalah
filsafat Epikuros dan Stoa. Salah satu gagasan dari filsafat Epikuros adalah menyangkal harapan
akan kebangkitan orang mati. Menurut filsafat Epikuros kesenangan adalah hal yang utama dalam hidup. Karena itu Epikuros mengajarkan setiap pengikutnya untuk mengejar sebanyak
mungkin kesenangan selama hidup dan sebaliknya memandang kematian sebagai akhir dari segala sesuatu dan yang membebaskan manusia dari semua penderitaan hidupnya. Dengan
pengetahuan ini, maka kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan karena itu ketakutan terhadap kematian merupakan sesuatu yang harus disingkirkan. Sama seperti kelompok Epikuros, golongan Stoa juga tidak percaya akan kebangkitan sebagaimana yang menjadi intisari
keyakinan Kristen.

Mereka percaya bahwa tubuh mereka berasal dari percikan ilahi dan karenanya jiwa manusia akan terus hidup setelah kematian namun ada juga pengikut golongan Stoa yang percaya bahwa jiwa akan binasa bersama alam semesta.
Bagi kedua aliran filsafat ini, kehidupan manusia hanya bermakna ketika ia hidup. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang diajarkan dalam Kekristenan. Setelah menunjukkan bahwa Kristus telah bangkit, Paulus menjawab mereka bahwa iman kepada Kristus akan menjadi sia-sia dan tak berguna jika Kristus masih tinggal di antara orang mati. Karena itu Paulus menulis bahwa:
“Jikalau kita menaruh pengharapan pada Kristus hanya untuk urusan selama hidup ini saja maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia”. Melalui ayat ini, Paulus hendak menegaskan bahwa jangan hanya mempercayai Tuhan Yesus dalan urusan hidup di bumi ini saja, tetapi berharaplah juga kepada Kristus untuk hidup sesudah kematian.

Melalui ayat ini, Paulus ingin mengajarkan bahwa pengharapan kepada Kristus tidak berarti apa-apa apabila Kristus tidak dibangkitkan. Pengharapan seperti ini hanya menjadikan kita sebagai orang yang
paling dikasihani. Orang yang paling malang adalah mereka yang masih hidup tetapi sudah tidak berpengharapan. Bagi Paulus, kebangkitan Kristus adalah jaminan kebangkitan kita dan itu
menjadi pegangan bagi orang Kristen untuk percaya dan memiliki harapan di dalam Dia, sebab
jika Allah tidak membangkitkan Kristus maka janji Allah tentang pengampunan dosa bukanlah
janji yang benar.
Ayat 20 – 34: Rasul Paulus beralih kepada apa yang menjadi inti Kekristenan. Dalam ayat 20 Paulus menulis “Tetapi yang benar…”. Kata “tetapi” menunjukkan ada sesuatu yang masih kurang lengkap nilainya. Pengharapan kita di bumi barulah menjadi lengkap jika kita juga
memiliki pengharapan sesudah kematian, yakni pengharapan akan surga.

Pengharapan akan surga itu terjadi karena Kristus telah bangkit dan mengalahkan maut. Kebangkitan Kristus
menjadi dasar keyakinan akan kebangkitan kita. Untuk itu menurut Paulus, Kristus telah menjadi sulung kebangkitan dari antara mereka yang tidur dalam kematian. Jika dibandingkan dengan
Imamat 23:10 maka Kristus yang bangkit merupakan buah sulung dari panen dan itu merupakan jaminan panen.

Demikian pula Kristus adalah buah sulung dari janji kebangkitan bagi seluruh
umat manusia. Semua kefanaan manusia yang digambarkan melalui dosa Adam yang pertama melekat dalam diri manusia menjadi perbandingan yang sejajar melalui kebangkitan Kristus yang juga membuat kita akan dihidupkan kembali dan memiliki hidup kekal karena Kristus telah
mengalahkan maut. Paulus menyinggung kebiasaan orang-orang pada masa itu yang dibaptis dengan menggunakan nama teman atau anggota keluarga yang telah meninggal dan bagi Paulus
hal ini tidak perlu sebab Kristus telah mewakili semua manusia dalam kebangkitanNya sehingga
Yesus menjadi pusat dalam peristiwa baptisan.

Beberapa pokok renungan dapat disiapkan melalui bacaan ini.
Pertama, kebangkitan Kristus membangkitkan harapan baru. Banyak persoalan membuat kita dapat kehilangan harapan. Ajaran Kristen menyatakan dengan pasti bahwa kebangkitan Kristus
akan membangkitkan semua orang untuk memiliki kehidupan yang kekal. Karena itu melalui kebangkitan Kristus kita mensyukuri kasih Allah yang terus menumbuhkan harapan untuk
menjalani hidup. Salah satu contoh penerapan dalam pergumulan hidup kita misalnya, Presiden Indonesia menitipkan persoalan stunting untuk menjadi perhatian gereja dan semua pihak maka
dalam pengharapan pada Kristus yang bangkit itu kita harus memberi perhatian kepada upaya pencegahan dan penanganan stunting di wilayah kita masing-masing.
Kedua, kebangkitan Kristus melahirkan semangat, kekuatan dan kreatifitas di tengah krisis. Pandemi Covid-19 adalah salah satu krisis terbesar dunia saat ini. Sekalipun pandemi belum berakhir namun semangat, kekuatan dan kreatifitas harus tetap dimiliki oleh setiap orang.
Sebagai wujud syukur atas peristiwa Paskah maka setiap orang percaya harus terus mencari solusi-solusi yang kreatif bagi kehidupan bersama yang lebih baik. Semangat untuk bangkit dari situasi krisis haruslah menjadi semangat bersama demi keberpihakan kita pada kehidupan.

Pengharapan dalam Kristus adalah pengharapan baik di dalam kehidupan di dunia maupun dalam
pengharapan untuk kehidupan kekal. Mari berbagi pengharapan itu kepada sesama kita yang sedang hilang pengharapan dengan berbagi semangat, kekuatan dan kreatifitas. Sebab menata hidup seturut dengan kehendak Tuhan dan berbagi harapan adalah salah satu wujud syukur kita atas kebangkitan Kristus.*Sinodegmit ]]>