Suara harapan– Wilayah Kabupaten Kupang NTT, sebagaimana kita tahu bahwa adalah wilayah dengan topografi umumnya beriklim tropis dan kering yang juga cenderung dipengaruhi oleh angin dan dikategorikan sebagai daerah semi arid karena curah hujan yang relatif rendah keadaan vegetasi yang didominasi savana dan stepa.
Tofographi yang seperti ini menimbulkan isolasi fisik, isolasi ekonomi dan isolasi sosial, apalagi oleh kurangnya dukungan infrastruktur seperti jalan dan jembatan diberbagai kecamatan.
Sementara transportasi kepulau-pulau tertentu seringkali agak mahal karena rendahnya frekwensi sarana perhubungan kebeberapa pulau, dimana hal tentunya juga mempengaruhi harga barang dan jasa dipulau-pulau tertentu.
Namun di tengah situasi alam yang sulit dan terbatas tersebut dapat ditemukan oase-oase karya pendampingan kepada masyarakat dan kepada jemaat yang dilakukan oleh berbagai pihak yang terus berkarya untuk mengembangkan dan memberdayakan jemaat dan masyarakat.
Sebelum memulai kunjungan ke lapangan, kami diterima untuk makan siang bersama dengan rombongan Yayasan Elphia Sejahtera yang akan bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia.
Santap makan siang dalam suasana perjamuan kasih dengan makanan khas NTT memberikan rasa kenyang dan nikmat untuk tubuh yang sehat serta keakraban satu dengan yang lain.
Selanjutnya kami mengunjungi desa dampingan WVI yaitu Desa Oesusu, Kecamatan Takari yaitu suatu daerah yang berjarak sekitar 60-80 kilometer dari Kota Kupang. Di sana kami bertemu dengan perangkat desa.
Kabar gembira kami dapati bahwa Desa Oesusu merupakan desa yang sudah dinyatakan menjadi desa layak anak. Program-programnyanya adalah perlindungan anak, deklarasi desa layak anak. Di bidang kesehatan untuk kader posyandu, kesehatan anak dan ekonomi keluarga.
Berbagai intervensi program seperti penanganan stunting dan gizi buruk menjadi prioritas sebagai respon partisipasi untuk pangan lokal.
Kendala dan tantangan yang masih dihadapi antara lain: masih ada 130 anak yang belum mendapatkan akta kelahiran karena orang tua juga tidak mempunya akta nikah. Karena terbatasnya akses, maka anak-anak dari 2 (dua) dusun sering terlambat hadir ke sekolah karena harus menempuh perjalanan 16 kilometer pulang pergi menuju sekolah
Upaya-upaya untuk mengembangkan kemitraan dengan perangkat desa dan stake holder lokal dilakukan dengan berbagai kegiatan: Ada kegiatan kunjungan ke anak-anak dan juga working group untuk anak-anak. Kegiatan anak-anak dalam mengembangkan potensi, bakat dan talenta mereka dalam bidang olahraga, keterampilan hidup serta keterampilan seperti berpidato dsb. Pelibatan anak dalam musrembang dan penentuan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa).
Diharapkan melalui kemitraan dan juga bantuan untuk pengembangan masyarakat akan makin terwujud kesejahteraan dan peningkatan ekonomi jemaat dan masyarakat.*SH ]]>