Suara harapan -Kesadaran merupakan hal yang penting. Ketika seseorang sadar akan kebutuhan dan kondisi dirinya, maka ia dapat belajar dengan lebih efektif.
Sebelum membuat program pembelajaran kepada seseorang, penting untuk memastikan bahwa orang tersebut mengerti dan sadar akan kebutuhan serta kondisi dirinya terlebih dahulu.
Hal ini dikarenakan proses membuat orang paham dan sadar adalah bagian dari program pembelajaran itu sendiri.
Dalam konteks pembelajaran, jika seseorang tidak mampu mengenali dirinya sendiri, maka ia akan kesulitan untuk belajar. Ia tidak akan tahu apa yang perlu dipelajari dan bagaimana cara belajarnya.
Salomo, tokoh Alkitab yang penuh hikmat, mengatakan bahwa orang berhikmat memiliki kesadaran diri, lewat ungkapan ‘mengerti jalannya sendiri’.
“Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya.” – Amsal 14:8.
Wikipedia mendefinisikan kesadaran diri sebagai, “A conscious knowledge of one’s own character, feeling, motives and desires.”
Dengan kata lain, kemampuan seseorang dalam mengenali bagian internal dirinya (inner world) merupakan salah satu bentuk kecerdasan.
Dalam buku Emotional Intelligence, Daniel Goleman menyatakan bahwa kesadaran diri merupakan dasar utama kecerdasan emosi atau EQ (Emotional Quotient). Dahulu faktor EQ dianggap kalah penting dibandingkan IQ (Intelligence Quotient) dalam menentukan kesuksesan seseorang—sebelum ditemukan bahwa EQ juga berpengaruh. Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengetahui, menyadari, serta memonitor inner world (dunia internal) kita.
Saya pribadi berpendapat bahwa kesadaran diri adalah keseluruhan bagian internal kita, yang meliputi pikiran (nilai, ide, paham), emosi (perasaan, keinginan, intuisi), perilaku (kecenderungan, karakter, motif), serta dampaknya (bagi orang lain dan diri sendiri).
Kesadaran diri meliputi 6 kemampuan, yaitu:
- mengenali inner world sendiri
- menyadari inner world pada saat muncul
- memonitor inner world tersebut
- menyadari dampak dari inner world tersebut
- mengeliminasi inner world yang tidak dikehendaki
- memutuskan inner world yang ingin kita miliki
Menurut penelitian Dr. Tasha Eurich, ada dua tipe kesadaran diri, yaitu ISA (Internal Kesadaran diri) dan ESA (External Kesadaran diri).
ISA (Internal Self Awareness) merupakan kemampuan memahami inner world sendiri.
ESA (Eksternal Self Awareness) adalah kemampuan memahami bagaimana orang lain melihat inner world kita.
Berdasarkan hal tersebut, manusia terbagi dalam empat profil kesadaran diri:
- Seekers: orang dengan ISA rendah dan ESA rendah.
Orang-orang Seekers mengalami stagnasi (kemandekan), serta merasa frustasi dalam kinerja dan hubungan. - Introspector: orang dengan ISA tinggi dan ESA rendah.
Mereka mudah melakukan introspeksi diri, fokus pada tujuan pribadi dan kebutuhan pribadi. Namun, Para Introspectors cenderung sombong, sulit menerima masukan dan tidak menyadari blind spot. - Pleasers: orang dengan ISA rendah dan ESA tinggi.
Para Pleasers berfokus pada bagaimana mereka terlihat oleh orang lain. Para Pleasers selalu ingin menyenangkan orang lain, alih-alih pada tujuan dan pemenuhan kebutuhan maupun keinginan diri sendiri. - Aware: orang dengan ISA tinggi dan ESA tinggi.
Mereka memahami diri sendiri dan apa yang ingin dicapai. Meski demikian, mereka tetap mencari dan menghargai opini serta umpan balik orang lain. Sebagai pemimpin, mereka menimbang keputusan secara seimbang antara penilaian pribadi dan penilaian menurut kacamata orang lain.
Kesadaran dalam pembelajaran dapat dipahami sebagai pemahaman dan penerimaan terhadap diri sendiri. Kesadaran ini mencakup pemahaman terhadap kebutuhan, kekuatan, kelemahan, dan potensi diri.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, seperti refleksi diri, evaluasi diri, dan masukan dari orang lain.
Kesadaran merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Ketika seseorang sadar akan kebutuhan dan kondisi dirinya, maka ia dapat belajar dengan lebih efektif.
Hanya Tuhan yang tahu pikiran dan perasaan terdalam manusia, dan hanya Dia yang mampu mengubah diri Anda.
“Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.” – Mazmur 26:2
Tentunya ini membutuhkan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Banyak di antara kita kurang mendapat penerimaan dari orang tua, sehingga kita sulit menerima kekurangan diri sendiri. Seringkali pula, kita minta Tuhan campur tangan, tapi tidak membiarkan Dia bekerja sepenuhnya untuk mengubah kita.
Dengan berlatih introspeksi diri, bergaul dengan orang-orang yang tepat, serta melibatkan Tuhan, niscaya kita dapat membangun kesadaran diri yang optimal, sehigga hidup kita semakin selaras dengan kehendak-Nya.*berbagai sumber