Pendeta Desiana Rondo Effendy M.Th – GMIT Maranatha Oebufu
Bacaan : Lukas 22:1-6, dan Matius 27:3-4, Mazmur 27:7-14
Tema: “Pulihkanlah Kami Dari Pengkhianatan Orang Terdekat”
Pengantar
Dalam Perjanjian Lama keberadaan Roti Tidak Beragi adalah sebagai peringatan keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Roti tidak beragi merupakan lempengan roti yang tipis dan tidak diberi ragi. Roti tidak beragi biasa dibuat dalam suatu kondisi yang mendadak (Kej. 18:6; 19:3), juga pada saat panen (Yos.5:11; Rut 2:14), pada saat berkurban (Im. 2:4, 11; 23:18), roti tidak beragi digunakan selama tujuh hari pada perayaan paskah “pesakh” (Kel. 12:15-20; 23:15; Ul. 16:1-8).
Latar belakang pembuatan roti tidak beragi adalah merujuk pada masa keluaran, dan roti ini dibuat karena saat itu suasana mendesak bangsa Israel harus keluar dari Mesir sehingga tidak dapat mempersiapkan makanan roti dengan cara membuat roti yang seperti biasanya (dengan ragi). Roti tidak beragi ini secara turun-temurun bagi Israel menjadi suatu peringatan bahwa Allah menolong Israel keluar dari perbudakan di Mesir.
Imam kepala, ahli taurat mencari jalan untuk membunh Yesus dan disinilah penderitaaan kesengsaraan Yesus dimulai dengan sebuah pengkhianatan dari Yudas; orang terdekat Yesus yang akan menjualnya dan menyerahkan Yesus.
Penjelasan Teks
Lukas mencatat secara baik hari raya roti tidak beragi sudah dekat, demikian pula dengan Injil Matius dan Markus. Penderitaan dan rencana pembunuh sedang disusun skenarionya oleh imam kepala dan Ahli Taurat, bahkan dengan strategi yang di tuliskan dalam Matius 26:1-5 dan Markus 14:1-2; jangan dilakukan pada waktu perayaan supaya jangan ada keributan di antara rakyat. Babak ini dimulai dengan sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh murid Yesus, Yudas namanya.
Apa itu pengkhianatan? Ditipu dan dibohongi oleh orang yang paling dekat dengan kita sangat mengecewakan dan menyakitkan. Orang yang kita percaya tetapi tidak memegang dengan baik kepercayaan yang kita berikan.
Yesus sangat dekat dengan murid muridNya, kedekatan itu di gambarkan seperti keluarga, orang tua dan anak, gembala dan domba; relasi dan cinta kasih dijaga dan dipelihara dengan baik. Tetapi yang dialami Yesus adalah hilangnya loyalitas/ kesetiaan antara orang tua dan anak, muridNya.
Yudas adalah orang terdekat Yesus yang seharusnya menjaga kepercayaan dan kesetiaannya kepada Guru, Rabi dan sahabatnya ternyata mengkhianati Yesus. Orang yang ada disisinya tidak setia dan mengkhianati Yesus.
Coba kita masuk dalam kondisi ini dan membayangkan ketika orang yang dekat dengan kita mengkhianati kita karena ambisi pribadi dan kepentingannya sendiri. Ini yang terjadi dalam kehidupan dan relasi keluarga hari ini.
Lukas 22:1-4; menceritakan iblis merasuki hati dan jiwa Yudas yang bernama Iskariot untuk menyerahkan dan mengkhianati Yesus kepada imam kepala dan pengawal Bait Allah dengan alasan sebuah imbalan.
Matius 26:14-16 mencatat pertanyaan yang diajukan Yudas kepada mereka; apa imbalan yang akan engkau berikan kepadaku, mereka membayarnya dengan 30 keping uang perak. Pengkhianatan ini dimulai dengan rayuan iblis yang membuat Yudas melupakan kesetiaannya kepada gurunya yaitu Yesus.
Yudas dihasut untuk tidak loyal kepada Yesus karena ambisi dari orang orang yang ingin menghancurkan Yesus karena merasa ada saingan/rival berat mereka yang lebih berkualitas dalam mengajar dan memimpin. Ambisi ini membutakan mata mereka dan mereka menggunakan Yudas untuk memperalatnya mencapai ambisi mereka.
Ayat 5 bacaan kita menjelaskan mereka (imam, ahli Taurat) sangat gembira ketika hasutan mereka berhasil dan menyuap Yudas dengan memberikan sejumlah uang kepadanya.
Ayat 6; ada deal/sepakat dengan sejumlah nilai uang dan mulailah Yudas mencari waktu yang tepat untuk menyerahkan Yesus secara diam diam tanpa sepengetahuan orang banyak.
Inilah awal kehancuran dan kebinasaan karena pengkhianatan. Relasi yang rusak karena diperalat untuk ambisi dari orang lain yang membuat penyesalan tidak berguna lagi dalam diri Yudas.
Yesus tetap mengasihi yudas dan memperingatkannya bisa kita baca dalam lukas 22:21-23; lihat tangan orang yang meyerahkan Aku ada bersama sama dengan Aku di meja ini sehingga timbul soal jawab siapa yang akan mengkhianati Yesus di meja perjamuan itu.
Dan Matius 27:3-4 nas pembimbing hari ini mengatakan menyesallah Yudas dan hendak mengembalikan 30 keping perak itu tetapi penyesalannya terlambat. Dan dalam penyesalannya Yudas mengatakan aku telah berdosa. Sesal tiada gunanya dan akan menjadi beban dalam hidupnya sampai akhir hidupnya. Hati hatilah menjaga hatimu supaya jangan menyesal kemudian tak berguna.
Refleksi dan Aplikasi
Banyak alasan yang dipakai orang untuk menodai kesetiaan dan melakukan pengkhianatan. Salah satu yang paling sering dilakukan adalah ambisius yang besar untuk kepentingan diri sendiri.
Seseorang mengkhianati kita untuk dapat keuntungan pribadi tanpa memedulikan perasaan kita. Empati (menempatkan diri mereka di posisi kita) mereka mati oleh ambisi mereka. Bagaiman perasaan saya ketika saya di khianati tidak ada lagi dalam mereka. Tetapi keuntungan apa yang saya dapat untuk diri saya ketika menjual orang lain bagi kepentingan kita.
Masih sangat panas dan segar pemilu presiden dan legislatif 2024 banyak empati manusia yang mati karena simpatik dengan bayaran uang dan janji yang diberikan kepada mereka. Pengkhianatan menjadi bagian yang diperbincangkan di setiap tempat.
Orang tersakiti dan kecewa mendalam karena kepercayaan mereka di nodai oleh banyak keluarga yang dekat dengan mereka. Ironis memang tetapi ini fakta di lapangan.
Minggu kesengsaraan Kristus mengajak kita berefleksi tentang harga sebuah kesetiaan/loyalitas pada sebuah kepercayaan. Pengkhianatan akan merusak relasi diantara kita sebagai keluarga Allah. Pengkhianatan adalah perbuatan tercela yang menodai cinta dan kesetiaan kita kepada pasangan kita, teman, sahabat dan keluarga terdekat kita.
Ada 2 catatan penting agar kita di pulihkan oleh Tuhan Yesus ketika kita di khianati oleh orang terdekat dan kita mengkhianati orang terdekat kita:
Lepaskan pengampunan karena dengan mengampuni kita di pulihkan dan diberkati oleh Tuhan Yesus.
Punya kerendahan hati dan bertobat berbalik dari ketidaksetiaan menjadi belajar untuk setia kepada Tuhan, pasangan hidup kita (Amsal 4:23, jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan). (*)