
pemulihan semesta dari dampak bencana. Kiranya perayaan paskah ini menjadi peristiwa iman yang memberi kekuatan bagi kita untuk tidak muda putus asa dan kecewa dalam menghadapi tantangan. Dalam keadaan apapun, umat percaya jangan takut dan putus asa akan kehidupan ini. Bencana yang dialami, pengalaman pahit yang terjadi dalam kehidupan keluarga dan dalam pelayanan tidak membuat kita putus asa karena kasih Allah merangkul kita.
Majalah Suara Harapan – Tiga tahun sudah perayaan Paskah berlangsung dalam bayangan pandemi Covid-19.
Kita terus belajar untuk merawat kehidupan dengan cara-cara yang baru. Berbagai upaya yang dilakukan dalam lindungan Allah mulai terlihat hasil. Rasanya, kita telah dibebaskan dari rasa
takut dan cemas di awal masa pandemi. Perkembangan ini menyemangati kita untuk bangkit bersama menata hidup secara baru dan menyongsong masa depan tanpa ketakutan dan
kecemasan, termasuk untuk mengusahakan pemulihan dari dampak kerusakan akibat bencana
siklon tropis Seroja setahun lalu. Kiranya pandemi segera berlalu dan kita dapat
menyelenggarakan perayaan-perayaan kita dengan sukacita dan bermakna bagi kehidupan dan
semesta.
Peristiwa Paskah memberi perspektif pengharapan bahwa karya baik dan pengorbanan demi kehidupan tidak akan sia-sia. Kristus telah bangkit, maut telah dikalahkan. Harapan ini memberi kekuatan bagi orang percaya agar terus menata hidup, sekalipun pergumulannya tidak
mudah. Apa pun keadaan dan perjuangan, kita tidak terpisahkan dari kasih Allah, yang kita kenal dalam Yesus Kristus, Tuhan yang telah berkorban, mati dan bangkit bagi kita.
Pada ibadah Paskah kali ini kita kita merenungkan dua bagian Alkitab di bawah tema “Tak Terpisahkan dari Kasih Allah”, yaitu Lukas 24:1-12 dan Roma 8:38-39.
Bagian pertama, Lukas 24:1-12. Bagian ini memuat cerita tentang peristiwa Paskah
(kebangkitan Kristus). Peristiwa itu terjadi di luar dugaan murid-muridNya, tanpa terkecuali. Di antara mereka ada beberapa perempuan yang mengunjungi kubur Yesus. Lukas memberi catatan
bahwa para perempuan itu mempersiapkan rempah-rempah dan pergi ke kuburan Yesus pada pagi-pagi benar. Dapat dimengerti bahwa mereka sangat merasakan kehilangan akibat kematian
Yesus. Mereka sudah merasakan kasih Tuhan, sangat mencintai Yesus, dan ingin mengenangNya melalui ritual yang telah dipersiapkan. Betapa mereka terkejut, pada saat tiba, ternyata batu
penutup kubur sudah terguling dan jenazah yang akan dirempahi tidak terlihat. LAI menggunakan istilah “termangu”, yang berarti mereka termenung, terdiam, (sedih, kecewa, bingung, terkejut). Mereka semua tidak siap mengalami fakta kebangkitan Kristus.
Kedaan itu sangat sulit. Dalam keadaan yang demikian, dua orang malaikat datang menjumpai dan mengingatkan
mereka mengenai ajaran Yesus tentang kemesiasanNya. Yesus adalah Mesias yang hidup (ayat 5-7). Seketika keadaan berubah. Fakta kebangkitan Kristus menegaskan permahaman tentang
kemesiasan yang hidup dan menghidupkan. Pemahaman itu menggerakkan mereka untuk saling
menjumpai, saling berbagi berita, sukacita dan harapan. Berangsur-angsur para murid berpulih dan aktif melayani menjangkau kehidupan yang semakin luas. Kebangkitan Kristus menerbitkan
harapan kepada murid-murid dan kepada semua orang, membuka ruang perjumpaan dan ruang berbagi dengan Allah dan sesama.
Bagian kedua, Roma 8:38-39. Paulus menghadapi kelesuan semangat pelayanan di kalangan jemaat Roma karena beberapa kondisi. Pemeritah Romawi mewajibkan mereka ikut
melakukan ritual penyembahan kepada kaisar. Kaum Yahudi menolak kekristenan karena pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias/Kristus. Sementara itu, di kalangan jemaat sendiri ada pertentangan di antara golongan Yahudi dan golongan non Yahudi. Mereka sering berdebat
berkaitan dengan pokok ajaran, antara lain tentang orang bersunat dan tak bersunat.
Jemaat Roma sedang dalam situasi sulit. Dalam keadaan demikian, Paulus memberi dampingan untuk
meneguhkan iman mereka kepada Kristus yang bangkit, dengan maksud agar sumber daya iman jemaat berpulih untuk pelayanan. Harapan Paulus, jemaat di Roma menjadi jemaat metropolitan (Roma sebagai ibukota kekaisaran Romawi) yang aktif melayani, apa pun tantangan yang
dihadapi. Tak ada satu pun orang, kuasa-kuasa atau keadaan atau situasi yang dapat memisahkan
mereka dari kasih Allah.
Rasul Paulus menekankan makna peristiwa kebangkitan Kristus sebagai bagian inti dari keyakinan Kristen. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa kasih Allah bekerja dalam diri
Kristus. Kristus telah bangkit dari kematian. Hal itu menunjukkan betapa kasih Allah sangat
berdaya untuk merangkul, menolong dan menyelamatkan dunia ciptaanNya. Tak ada yang terpisah dari kasih Allah. Sesuai ajaran Paulus, kebangkitan Kristus mesti dirayakan sebagai peristiwa iman yang memulihkan relasi kasih Allah kepada dunia sebagai cerminan relasi kasih
di antara jemaat. Dalam peristiwa kebangkitan, kita memperoleh keyakinan tentang kasih Allah yang memberdayakan kita menjadi pelaku karya Allah bagi sesama dan semesta.
Seringkali kita menghadapi pemahaman yang monoton tentang kasih Allah dalam wujud hal-hal baik yang direncanakan dan diharapkan saja. Keadaan yang menyenangkan, tanpa ketegangan dan tanpa pengorbanan, tanpa cobaan dan tantangan. Berdasarkan pemahaman itu,
ketika seseorang menghadapi kesusahan atau penderitaan, maka dalam pikirannya Allah tidak berpihak padanya, atau dia terpisah dari kasih Allah. Bacaan kita menegaskan tentang makna
Paskah sebagai peristiwa iman yang menandai rangkulan kasih Allah kepada mereka yang sedih putus asa dan tidak berdaya, baik di kalangan para murid yang sedang termangu-mangu, maupun
di kalangan jemaat yang sedang bergumul dengan berbagai tantangan pelayanan. Fakta kebangkitan menjadi seperti fajar baru yang mengusir kegelapan dan keputus-asaan dengan cahaya kasih Allah yang menerangi jalan menuju harapan keselamatan yang utuh di dalam Kristus.
Tak terpisahkan dari kasih Allah. Ungkapan ini bermaksud menyemangati kita agar tidak putus asa oleh karena masa lalu yang tragis ketika bencana terjadi. Sebaliknya agar kita erat bersatu atas dasar kasih Allah yang menjumpai, merangkul dan memberdayakan kita sebagai umat yang tangguh menghadapi bencana, dan aktif melayani di tengah berbagai keterbatasan dan
tantangan. Bencana sekali pun tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah. Justru Allah aktif bekerja di tengah bencana, bersedih dan berduka bersama kita, Itu sebabnya kita masih ada, saling terhubung, bersekutu dan berbakti dalam ibadah Paskah tahun ini.
Paskah kita rayakan demi menguatkan iman dan mengaktifkan pelayanan untuk
pemulihan semesta dari dampak bencana. Kiranya perayaan paskah ini menjadi peristiwa iman yang memberi kekuatan bagi kita untuk tidak muda putus asa dan kecewa dalam menghadapi tantangan. Dalam keadaan apapun, umat percaya jangan takut dan putus asa akan kehidupan ini. Bencana yang dialami, pengalaman pahit yang terjadi dalam kehidupan keluarga dan dalam pelayanan tidak membuat kita putus asa karena kasih Allah merangkul kita.
Keyakinan iman yang demikian harus kita saksikan kepada semua orang karena keyakinan ini menolong setiap orang untuk memiliki daya lenting di tengah berbagai tantangan hidup
Menghadapi berbagai-bagai tantangan hidup hari ini, kita yakin bahwa Allah selalu
menjumpai kita. Itu sebabnya kita pergi, berjumpa dan merangkul setiap orang dalam keadaan mereka. Itulah kasih. Pernyataan kasih yang nyata inilah yang akan menjadi sebuah kesaksian
bagi orang yang merasakannya, bahwa dalam keadaan apapun, mereka tidak terpisahkan dari kasih Allah. Selamat Paskah. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah.*Sinode GMIT
]]>