Pendeta Desiana Rondo-Efendy M.Th [1]
Bacaan 2 Timotius 4:1-8
Pengantar
Surat 2 Timotius adalah surat pastoral/ penggembalaan. Isinya pesan penting peringatan dan wejangan terakhir sebelum Paulus meninggalkan efesus. Wejangan terakhir buat Timotius untuk melanjutkan tugasnya. Paulus memberikan doa dan pesan ucapan syukur melihat kebaikan tuhan yang dinyatakan bagi umatnya.
Dalam surat ini Paulus mengingat ketulusan pelayanan Timotius, Paulus mengingatkan Timotius kepada siapa ia percaya. Jangan malu untuk memberitakan injil, mempunyai keberanian jangan takut dan merasa minder karena yang diberitakan adalah injil, bukan diri kita sendiri.
Pergumulan ini juga dihadapi oleh Timotius dan Paulus menulis surat ini untuk menguatkan Timotius. Bagian kedua dari surat ini boleh terus menerus dibaca oleh semua orang yang melayani karena ada banyak bagian panggilan untuk melayani.
2 Timotius 2:3-4
Hai anakku jadilah kuat di dalam Kristus, Paulus mempersiapkan Timotius untuk menjadi penerusnya dan meregenerasi kepemimpinan dalam meneruskan pekerjaan Tuhan. Theologi pelayanan Paulus “seorang pemimpin yang baik mempercayai generasi yang berikutnya”.
Metafora yang dipakai Paulus menggambarkan panggilan pelayanan yang berkelanjutan/ada garis komando yang dipakai yaitu percaya pada Tuhan yang memimpin dan taat serta disiplin dalam melakukan panggilannya. Ada prajurit, ada olahragawan, ada petani, esensi ketaatan dan disiplin dan kesabaran ada dalam diri prajurit, olahragawan dan petani.
Pemberitaan Injil adalah pemberitaan tentang Kristus. Dasar kesetiaan kita adalah kesetiaan Tuhan “God’s Faitfulness[2]”. Nilai diri/value seseorang dipertaruhkan; injil itu bicara tentang kesetiaan Tuhan “nature ilahi”.
Paulus memberi kesempatan Timotius untuk belajar mandiri dan menyelesaikan sendiri persoalannya, Paulus tidak mendikte dan otoriter terhadap timotius tetapi mendewasakan timotius dengan kepemimpinan yang memberi ruang belajar; dapat mengatasi masalahnya sendiri dalam kedaulatan Tuhan.
Penjelasan Teks
Bagi Paulus tugas pemberitaan adalah bagian penting dalam hidup orang percaya. Karena itu dalam bacaan kita 2 Timotius 4:1-8 mengingatkan kita mengajar itu bukan argumentasi saja tetapi harus cakap mengajar dalam kedaulatan Tuhan.
Ayat 1-2 , tiap manusia kepunyaan Allah dilengkapi untuk setiap pekerjaan baik. Pesannya bagi Timotius:
Beritakanlah firman.
Berbuat adil dan benar
Menegur dan menasihati yang salah
Mengajar mereka
Ayat 3-4, orang tidak dapat menerima ajaran sehat, kata ajaran sehat berulang kali dipakai dalam surat surat pastoral, sebagai lawan dari ajaran sesat. Ajaran sehat adalah ajaran yang benar dari injil. Akan tiba waktunya orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat- pada akhir zaman akan timbul roh penyesat dan kemerosotan mental (2 Timotius 3:1) membuat orang tidak suka mendengar injil, karena injil berbicara tentang sikap dan teladan hidup. Mereka tidak mau di tegur, dinasihati tetapi lebih suka memuaskan keinginan telinganya dengan dongeng. Orang hanya mau mendengar apa yang menyenangkan telinga dan hati.
Paulus mengingatkan Timotius, tetaplah mengajar dengan kesabaran dan belas kasih anugerah akan mereka terima. Pengajaran kita tidak menyelamatkan orang tetapi berita injil yang diajarkanlah yang akan memenangkan mereka. Banyak orang akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Dalam melayani, tidak selamanya kita menerima hal-hal nyaman dan menyenangkan saja, tetapi kadang kita menghadapi hal-hal yang membutuhkan kesabaran dan tindakan-tindakan yang membuat kita harus mengendalikan emosi. Layanilah Tuhan dengan sepenuh hati, sungguh sungguh dan konsisten dengan tugas panggilan.
Ayat 5, kuasailah dirimu, jadilah tenang ,lakukanlah pekerjaan sebagai pemberita, ini adalah kalimat perintah dan penugasan dari Paulus kepada Timotius dan semua pembaca untuk di lakukan dengan baik sesuai perintahnya “sebagai pemberita injil”.
Kata tunaikan dari akar kata Bahasa Yunani “ pleroporeo” artinya selesaikan, kerjakan sampai tuntas. Pakailah waktu sebagai kesempatan untuk menyelesaikan tugas. Lakukanlah pekerjaan pemberita injil kata Yunani “euanggelistes” secara harafiah orang melakukan tugasnya dengan serius/ sungguh sungguh dan tunaikanlah tugas pelayananmu.
Kita semua adalah pemberita dan pusat pemberitaan itu adalah Allah sendiri, bukan diri kita. Dalam kristus ada penebusan dan cerita pembebasan yang dilakukan dalam Yesus bukanlah cerita dongeng tetapi pemberitaan yang hidup.
Ayat 6-8, aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, aku telah memelihara iman. Telah tersedia mahkota kebenaran bagiku. Paulus dengan jelas menyebutnya sebagai sesuatu yang “akan dikaruniakan”(ayat 8, apoosei)[3].
“Mahkota kebenaran” itu melambangkan pembenaran yang datangnya dari Tuhan sendiri, walaupun dihadapan pengadilan dan dimata dunia. Metafora olahragawan, akhir pertandingan dan garis akhir menggambarkan pergumulan iman; iman sebagai kekayaan rohani harus dipelihara melalui perjuangan dan memberikan kekuatan bagi orang percaya untuk berjuang/ survive.
Mahkota kebenaran itu juga berlaku bagi semua orang yang merindukan kedatangannya, mencintai Allah. Sudut pandang ke masa depan inilah yang menjadi dasar supaya Timotius sebagai pemberita firman bersikap siap sedia, menguasai diri dalam segala hal, dan “menunaikan” tugas pelayanannya.
Refleksi dan Aplikasi
Tugas pemberita injil adalah tugas setiap orang percaya. Hanya orang yang dipercaya yang diberikan tugas. Hari ini apa yang di percayakan Tuhan kepada kita dalam garis penugasan yang jelas harus di pertanggung jawabkan secara penuh.
Gereja dan pemerintah punya tugas masing masing dan ada periodisasi pelayanan yang di pertanggung jawabkan. Ada 2 resep yang menolong kita menunaikan tugas pelayanan: Komitmen dan ketaatan kita diperjuangkan; bagi ibu bapak yang mendapatkan tugas sebagai presbiter (pendeta, penatua, diaken, pengajar) dalam periodisasi pelayanan, tunaikanlah tugas pelayananmu sampai selesai jangan berhenti di tengah jalan. Sehingga bisa mengakhiri pertandingan dengan baik. Demikian juga tugas kenegaraan yang diberikan kepada kita harus diselesaikan sampai tuntas/ paripurna.
Contoh ilustrasi; orang membawa air penuh di ember yang berlubang, dia berjalan sampai tujuan dan bebannya tidak ada karena sepanjang jalan yang dilalui dia meneteskan air yang memberikan kebaikan bagi lingkungannya. Ketika dia kembali di sepanjang jalan yang di lalui tumbuh bunga bunga yang berwarna indah.Kerendahan hati; dalam hal ini perlu sikap legowo = legowo berasal dari kata ‘lego’ yang artinya lega dan kata ‘gowo’ yang artinya membawa.
Legowo artinya lega membawa berita dan keputusan yang di berikan. “ menerima keputusan dengan ikhlas dan sabar dan mau memberi kesempatan dan menolong orang lain melanjutkan tugas kepemimpinan dari Tuhan.
Mempersiapkan regenerasi yang baru untuk melanjutkan tongkat estafet dan mengajar mereka menemukan kebenaran dalam hidup.Tuhan Yesus Memberkati, Amin.
[1] Pdt Desiana Rondo Effendi M.Th (GMIT Maranatha Oebufu, K3T)
[2] Makalah pdt Joas aAdiprasetya , 13 maret 2023, tantangan gereja di tahun 2023.
[3] Dr Rudy Budiman, surat surat pastoral 1&2 Timotus, bpk GM tahun 2012