Yayasan PIKUL Roadshow Bersama Organisasi Penyandang Disabilitas dalam Advokasi Isu Inklusi Sosial, Kebencanaan, dan Adaptasi Perubahan Iklim

ADVERTORIAL39 Views

 
Hasil riset Garamin NTT yang didukung oleh Yayasan PIKUL menunjukkan bahwa 68% difabel tidak tahu sama sekali tentang apa itu perubahan iklim dan 93% responden tidak dilibatkan dalam Adaptasi Perubahan iklim di desa. Tercatat 92% difabel mengatakan mereka tidak memiliki forum Pengurangan Resiko Bencana di desanya. Ditemukan 82 % difabel tidak tahu tentang apa itu COVID-19

SoE, Majalah Suara Harapan – Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) melalui proyek Komunitas Tangguh Iklim dan Bencana di Indonesia lewat penguatan petani perempuan (ICDRC-YFF) bekerjasama dengan OXFAM dan atas dukungan dari Australian AID/DFAT- Kemensos RI, mengadakan Workshop Membangun Jaringan Kerja Efektif untuk Pengurangan Risiko Bencana yang Cerdas Iklim dan Inklusif dalam Melakukan Praktik CSDRM

Sekilas tentang program ICDRC – YFF
Sejak januari 2019, Yayasan PIKUL dan OXFAM bekerja sama dengan komunitas petani perempuan di 4 Desa di Kabupaten Kupang dan Kabupaten TTS atas dukungan dari Australian Aid dan Kemensos RI melaksanakan program Komunitas Tangguh Iklim dan Bencana di Indonesia atau Indonesia Climate and Disaster Resilient Communities (ICDRC) lewat penguatan petani muda perempuan (Young Female Farmer) atau YFF. Program ICDRC-YFF ini memiliki tujuan jangka panjang bahwa pada tahun 2022, masyarakat pedesaan dan perkotaan yang ditargetkan di lokasi-lokasi terpilih di Indonesia, dengan fokus pada perempuan dan penyandang disabilitas, menyadari hak-hak mereka dan meningkatkan kesejahteraan mereka meskipun terdapat guncangan, tekanan, dan ketidakpastian.
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) menjadi salah satu program prioritas dalam upaya penanggulangan bencana yang bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.

Kolaborasi inklusif dalam upaya PRB sangat penting, diantaranya yang pertama otoritas lokal maupun orang yang berwenang di lingkup lokal yang memainkan peran penting untuk memperkuat kapasitas lokal atau daerah dalam PRB di seluruh Indonesia.


Dalam kegiatan-kegiatan PRB tidak semua masyarakat terlibat di dalamnya. Menurut Survei Identifikasi Disabilitas terkait Bencana (ASB, 2014), 76% penyandang disabilitas yang tinggal di wilayah rawan bencana belum pernah terlibat dalam kegiatan pengurangan risiko bencana. Hal ini juga dibuktikan oleh riset yang dilakukan Garamin NTT bersama Yayasan PIKUL pada tahun 2021 di mana keterlibatan difabel dalam isu adaptasi perubahan iklim masih sangat minim dan belum semua desa memiliki Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang inklusif sehingga semua difabel belum memahami tentang isu kebencanaan (baik bencana alam maupun COVID-19).


Hasil riset Garamin NTT yang didukung oleh Yayasan PIKUL menunjukkan bahwa 68% difabel tidak tahu sama sekali tentang apa itu perubahan iklim dan 93% responden tidak dilibatkan dalam Adaptasi Perubahan iklim di desa. Tercatat 92% difabel mengatakan mereka tidak memiliki forum Pengurangan Resiko Bencana di desanya. Ditemukan 82 % difabel tidak tahu tentang apa itu COVID-19. Riset ini dilakukan di 8 desa yang tersebar di Kabupaten Kupang (Desa Oelomin, Oh aem 1, dan Oh aem 2) dan Kabupaten TTS (Desa Biloto, Kuanfatu, Mnenalete, Taiftob, dan Bosen) pada 100 penyandang disabilitas.


“Harapannya dengan workshop ini bisa menjadi ruang untuk membangun jaringan kerja dalam pengurangan risiko bencana yang cerdas iklim dalam melakukan praktik CSDRM, dimana jejaring ini nantinya dapat menghubungkan elemen pentahelix PRB dengan Organisasi Penyandang Disabilitas yang akan mendukung terlaksananya PRB yang inklusif tidak hanya di Kabupaten Kupang tapi juga di Kabupaten TTS,” Jelas Tata Yunita Project Assistant & MEL.*Sipers ]]>