Majalah Suara Harapan – Hari Raya Pentakosta adalah salah satu momen yang sangat berharga bagi umat Kristen di Indonesia, termasuk di Desa Fatumetan di Kecamatan Amfoang Selatan. Di tengah perayaan ibadah Pentakosta (umat membawa hulu hasil ke Gereja untuk dilelangkan)
Saya berkesempatan untuk mewawancari Oma Taroci Niab, seorang wanita tua yang penuh semangat hidup meskipun ia telah menjalani perjalanan hidup yang penuh tantangan.
Dalam kesendirian yang dihadapinya bersama sembilan anaknya, Oma Taroci tetap tidak menunjukkan keluh kesah, melainkan bersyukur atas setiap momen yang diberikan Tuhan.
Oma Taroci Niab adalah sosok yang penuh inspirasi. Meskipun hidup dalam kesendirian, ia tak pernah mengeluh tentang keadaan. Dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, ia selalu mampu melihat sisi positif dari setiap situasi. Kesehatannya yang baik adalah bukti nyata bagaimana pemeliharaan Tuhan senantiasa menyertainya.
Pagi itu Senin, 09 Juni 2025, di tengah suara riuh anak-anak dan cucunya yang bermain, Oma Taroci yang berada di rumah bulat orang Timor, berkisah tentang kehidupan di desa dan tantangan yang dihadapi mereka selama bertahun-tahun.
Kesulitan di Desa Fatumetan tidak dapat dipungkiri. Wilayah ini seolah terabaikan oleh Pemerintah Kabupaten Kupang. Infrastruktur yang memadai merupakan harapan yang belum terwujud, dan banyak warga yang berharap agar perhatian pemerintah terhadap desa mereka dapat meningkat. Meskipun demikian, semangat masyarakat untuk tetap bertahan dan tumbuh tidak pernah padam. Mereka menyadari bahwa kebersamaan dan saling mendukung adalah kunci untuk menghadapi berbagai rintangan.
Oma Taroci, Setiap kali doa dipanjatkan, suara Oma Taroci yang khusyuk tiada henti mendoakan desa Fatumetan agar segera dijawab oleh Pemerintah Kabupaten Kupang melalui kesadaran Sang Pencipta.
Adapun tujuan Perayaan Pentakosta Media Suara Harapan di Desa Fatumetan di Pentakosta tahun 2025 untuk merenungkan perjalanan hidup dan betapa besar kasih Tuhan kepada setiap hamba-Nya.
Meskipun dalam keterbatasan dan kesendirian, seperti yang dialami Oma Taroci, kita diajarkan untuk selalu bersyukur dan tidak lupa akan berkat yang telah kita terima.
Dalam setiap detik yang kita habiskan bersama, kita diajak untuk menghargai kehidupan, meskipun dengan segala keterbatasan yang ada. Ini adalah pengingat bahwa dukungan dan kehadiran satu sama lain mampu membawa kekuatan dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan.