Suara Harapan – Peran pihak keluarga para caleg sebagai komunitas pendamping terdekat sangat penting dalam mengantisipasi gangguan jiwa para caleg. Mereka perlu mempersiapkan diri dalam rangka mengantisipasi gangguan jiwa dengan cermat dan peka membaca tanda dan gejala-gejalanya. Sebab stres kehidupan yang tidak mampu diatasi dengan baik akan mempengaruhi keseimbangan fungsi mental individu. Individu mengalami ketegangan emosional, merasa tidak aman, tidak nyaman, terganggu keseimbangan psikofisik yang muncul pada berbagai keluhan fisik tanpa dasar gangguan organis yang relevan atau bahkan sulit untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial.
Gangguan keseimbangan fungsi mental itu akan mempengaruhi kehidupan intrapsikis dan sosial individu. Reaksi terhadap stress mewujud dalam manifestasi tindakan dan perilaku agresi (misalnya: marah, mengamuk, dendam kesumat, jengkel berlanjut, menyerang orang lain (ekstra-agresi), atau melukai diri sendiri (intra-agresi). Juga bisa dalam bentuk depresi (misalnya: sedih, murung, menarik diri dari pergaulan, mengurung diri, tiba-tiba menjadi pendiam). Atau gejala apatis (misalnya: acuh tak acuh, tidak peduli dengan lingkungan, tidak mandi, tidak mengikuti aturan yang berlaku). Bahkan bisa jadi dalam bentuk regresi (bertingkah seperti anak kecil lagi, merengek-rengek, dalam artian seolah mundur dari taraf perkembangan terdahulu).
Maka langkah-langkah praktis, strategis dalam perspektif psikologis perlu disiapkan oleh pihak keluarga dan gereja para caleg. Dengan cara mengembangkan energi positif melalui perkataan yang meneguhkan (misalnya: setiap persoalan pasti ada jalan keluar, setiap rencana belum tentu tercapai).
Dengan demikian para caleg yang tidak terpilih lebih fleksibel dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga bisa menikmati hidup. Mengembangkan sikap sportif bahwa dalam sebuah “pertandingan” selalu ada yang menang dan yang kalah. Para keluarga perlu mendorong dan mengajak anggota keluarganya yang menjadi caleg untuk menjaga kesehatan (misalnya: menjaga kesehatan, makanan yang bergizi, serta olah raga). Sebab kondisi fisik yang prima juga mempengaruhi daya tahan terhadap stres dan kesehatan jiwa. Para caleg juga perlu diajak untuk mengendalikan emosi, rehat sejenak, mengembangkan komunikasi terbuka dan meningkatkan rasa humor.
Sedangkan gereja perlu melakukan karya pastoral pendampingan yaitu mengembangkan kecerdasan spiritual dengan cara memformulasikan pertanyaan-pertanyaan eksistensial dalam kehidupan para caleg.
Karena dari deretan pertanyaan tersebut para caleg dapat memberikan jawaban sebagai parameter kecerdasan spiritualnya dan merefleksikan tujuan hidupnya kembali untuk tujuan apakah mereka mengerjakan semua itu. Gereja juga perlu melakukan konseling pastoral untuk memberi pendampingan kepada para jemaatnya yang men-calegkan dirinya. Gereja tidak boleh berdiam diri melainkan mengambil prakarsa nyata memberi arahan, petunjuk kepada para caleg tentang orientasi dan politik hati nurani serta etika politik bagi para caleg dalam menjalankan panggilan politiknya. Dari semua antisipasi tersebut diharapkan supaya pesta demokrasi tidak menimbulkan dampak destruktif bagi kesehatan jiwa para caleg, karena bagaimanapun dan apapun keadaannya para caleg juga adalah manusia biasa, sama seperti kita semua.
(Artikel ini telah tayang di satuharapan.com)



































