Majalah Suara Harapan – Kadang sejarah bergerak bukan karena guncangan besar, melainkan oleh langkah tenang seseorang yang berani memasuki ruang yang belum pernah dijamah sebelumnya. Aurum Obe Titu Eki, perempuan muda dari Kabupaten Kupang, bukan sekadar pejabat baru. Ia sedang menulis babak baru tentang keberanian perempuan yang memilih bertanggung jawab, bukan hanya bersuara memekakkan telinga di ruang publik.
Di usia yang belum genap 28 tahun, ia berdiri di ruang politik yang lama dikuasai wajah-wajah tua dan suara berat. Ia membawa sesuatu yang langka: kejernihan niat dan keberanian untuk berbeda. Ia datang bukan untuk meniru, tapi untuk menandai arah baru – bahwa kepemimpinan tak harus garang, tak harus tua, dan tak perlu keras. Kadang kepemimpinan hadir dalam kesungguhan hati yang tenang.
Sebagai arsitek, Aurum paham cara merancang ruang. Kini ia sedang merancang ulang ruang publik agar lebih terbuka bagi perempuan, kaum muda, dan mereka yang selama ini hanya menonton di pinggir sejarah. Ia tahu bahwa membangun bukan sekadar membuat gedung dan jalan, tapi menata kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya.
Sebagai Wakil Bupati Kupang termuda dan perempuan pertama di sana, ia membuktikan bahwa kompetensi tak menunggu uban, dan kepemimpinan tak mengenal jenis kelamin. Ia memilih bicara tentang hal-hal yang tak populer – stunting, pendidikan, pelayanan publik – dan melakukannya dengan empati, bukan gengsi. Ia membawa politik kembali ke makna sejatinya: alat untuk memperbaiki hidup banyak orang.
Kepemimpinan muda seperti Aurum mengingatkan kita bahwa perubahan selalu dimulai dari keberanian pertama. Bagi perempuan muda di negeri ini, teladannya berkata pelan tapi pasti: tembok paling tebal bukan di luar diri, tapi di dalam – tembok keraguan dan stereotip.
Dan mungkin dalam langkah tenangnya, kita melihat masa depan: masa ketika pemimpin diukur bukan dari usia, tapi dari kejujuran niat dan keberanian untuk melayani. Bukan dari gender, tapi dari kompetensi.
Pada kaum muda, kita menitipkan harapan.
By: HT