KUPANG, SH – Desa Besmarak di Kecamatan Nekamese mengalami transformasi signifikan dalam lima tahun terakhir. Desa yang sebelumnya mengandalkan hasil perkebunan itu kini menjadi sentra hortikultura yang menjanjikan.
Perubahan besar ini tidak lepas dari pemanfaatan dana desa yang tepat sasaran di bawah kepemimpinan sang kepala desa, Petrus Timate. Salah satu fokus utama pengelolaan dana desa di Besmarak adalah penyediaan air bersih.
“Lima tahun terakhir ini, kami fokus pada penyediaan air bersih dan puji Tuhan, 100% masyarakat Desa Besmarak sudah menikmati air di rumah masing-masing,” ujar Timate, Jumat (19/7).
Enam sumur bor sudah dibangun di masing-masing dusun. Sumur-sumur ini tidak hanya melayani rumah tangga tetapi juga fasilitas publik seperti sekolah, kantor pemerintahan, dan gereja, serta dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Kehadiran sumur bor itu menghasilkan perubahan dalam pola penghidupan masyarakat. Sebelumnya sebagian besar masyarakat mengandalkan hasil perkebunan seperti kelapa, pisang, nangka dan jambu mete sebagai sumber penghasilan.
“Sejak tahun 2018, kami mulai mengembangkan hortikultura. Sekarang, sekitar 8-9 hektar lahan digunakan untuk hortikultura,” jelas Timate.
Namun, perubahan itu tidak berjalan mudah. Utamanya karena masyarakat sudah terbiasa dengan pola hidup yang mengandalkan hasil perkebunan sejak zaman dulu. Untuk mengubah mindset masyarakat, Timate melakukannya dengan memberi contoh.
“Awalnya masyarakat mempertanyakan perubahan itu. Tapi setelah saya coba ubah lahan yang sebelumnya ditanami jambu mete untuk tanam tomat dan hasilkan pendapatan bersih Rp 125 juta, mereka akhirnya tertarik dan mulai beralih,” kenang Timate.
Hasil hortikultura dari Besmarak dipasarkan di Pasar Inpres Naikoten, Kota Kupang, dan telah membuat Desa Besmarak menjadi salah satu produsen hortikultura yang juga diperhitungkan.
Untuk mengatasi over produksi di pasaran, yang membuat anjloknya harga, pemerintah desa juga menggagas terbentuknya UMKM yang berperan mengolah hasil produksi hortikultura menjadi produk olahan.
Produk olahan yang sudah dihasilkan UMKM Desa Besmarak adalah saus tomat dan bubuk cabai dengan nama brand Saus Tomat Dael Mesa dan Bubuk Cabai Dael Mesa. “Dael Mesa itu bahasa Helong yang artinya Satu Hati,” kata Timate.
Saus tomat dan bubuk cabai Dael Mesa dari Desa Besmarak, Kecamatan Nekamese
Produk-produk ini sudah memiliki izin PIRT dari Balai POM dan sertifikat halal, tetapi tetap menghadapi kendala dalam pemasaran.
“Kami berharap ada perhatian lebih yang mendukung produk lokal sehingga bisa juga ada minimarket-minimarket sehingga UMKM di Desa Besmarak dapat terus berkembang,” tambahnya.
Penghargaan dari Pemkab Kupang
Beberapa waktu lalu, Desa Besmarak menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Kupang sebagai desa dengan pengajuan tercepat pengelolaan dana desa tahun anggaran 2024.
“Penghargaan ini bukan hanya untuk pemerintah desa tetapi untuk seluruh masyarakat karena adanya kerjasama yang baik dalam pengelolaan dana desa, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan,” kata Timate.
Timate berharap penghargaan semacam ini bisa diadakan setiap tahun dan juga disertai reward sehingga bisa menjadi motivasi bagi desa-desa lain untuk meningkatkan pengelolaan dana desa mereka. (*)