Majalah Suara Harapan – Kejurda Road Race Bupati Cup Seri II Tahun 2025 yang telah berlangsung pada hari kemarin di area Civic center perkantoran Oelamasi menjadi sorotan banyak kalangan, terutama penggemar motorsport dan masyarakat sekitar yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Meskipun acara ini menyajikan pertunjukan yang menarik, isu mengenai besaran penghargaan yang ditawarkan dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh peserta menjadi perdebatan yang hangat.
Dalam konteks ini, penting untuk menilai sejauh mana ketidaksesuaian antara nominal penghargaan dan tingkat risiko yang terlibat dalam balapan tersebut.
Balapan road race merupakan salah satu jenis motorsport yang menguji kecepatan dan ketahanan para peserta di lintasan.
Di balik keseruan yang ditawarkan, terdapat risiko signifikan yang dihadapi oleh para pebalap. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dengan konsekuensi yang berpotensi fatal baik bagi pebalap maupun penonton.
Nominal penghargaan yang ditawarkan dalam Kejurda ini justru tampak tidak sebanding dengan tingkat risiko tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai ketidakadilan dalam penghargaan yang diberikan kepada pebalap yang berani mempertaruhkan keselamatan mereka.
Di sisi lain, situasi ini juga mencerminkan dinamika lebih luas dalam dunia olahraga otomotif di Indonesia. Banyak ajang balapan yang mengandalkan sponsor untuk menutupi biaya operasional dan memberikan penghargaan yang menarik. Namun, ketika penghargaan yang dijanjikan tidak relevan dengan risiko yang ada, maka hal ini dapat mengakibatkan peserta merasa dirugikan.
Dalam banyak kasus, pebalap mungkin merasa terpaksa berpartisipasi dengan harapan mendapatkan pengakuan atau pengalaman, walaupun imbalan finansial tidak sepadan. Fenomena ini bisa menurunkan motivasi para pengendara yang kompetitif, yang merasa bahwa keberanian dan keahlian mereka tidak diimbangi dengan penghargaan yang layak.
Risiko tinggi dalam Kejurda Road Race juga mengundang perhatian terkait dengan aspek regulasi dan perlindungan bagi pebalap.
Pemerintah Kabupaten Kupang (memakai Pemerintah Kabupaten Kupang dikarenakan ada pencatatan “Bupati Cup”) dan penyelenggara acara seharusnya lebih peduli terhadap keselamatan peserta dan penonton.
Adopsi regulasi yang ketat, penerapan standardisasi peralatan keamanan, dan penyediaan tim medis yang siap siaga harus menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan balapan. Tanpa adanya ketentuannya, potensi bahaya yang mengintai peserta dapat merusak citra acara tersebut, serta menimbulkan keresahan dalam masyarakat yang menyaksikan.
Selain itu, promosi dan pendidikan mengenai keselamatan dalam berkendara di lintasan balap juga penting untuk disampaikan kepada peserta. Peserta perlu diingatkan akan pentingnya untuk tidak hanya berfokus pada kemenangan, tetapi juga untuk memahami risiko yang mereka ambil. Dengan meningkatkan kesadaran akan keselamatan, diharapkan para pembalap akan lebih cermat dan pertentangan antara imbalan dan risiko menjadi lebih berimbang.