NAIBONAT, SH – Di tengah tantangan geografis dan infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai, Kepala Puskesmas Naibonat, Laurensius Dulo, terus menunjukkan dedikasi dan komitmen luar biasa dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Kupang.
Dari penempatan pertama di pulau di Raijua, hingga mengarungi masa pandemi, perjalanan kariernya adalah cermin dari pengabdian tanpa henti.
Laurensius mengawali kariernya sebagai ASN dengan semangat menggebu. “Awal sebagai ASN saya ditempatkan di Raijua, pulau yang terisolasi di tengah laut. Selama 12 tahun saya mengabdi di sana sebelum kembali ke Kupang dan menjabat sebagai Kepala Puskesmas Oenantono di Amabi Oefeto Timur,” kenangnya, Senin (28/10).
Penempatan di Raijua dan Oenantono mengajarkan Laurensius tentang pentingnya ketekunan dan kesabaran dalam melayani masyarakat.
Pada tahun 2013 Laurensius bergabung dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang pada seksi keperawatan dan farmasi. Selama sembilan tahun, ia menangani berbagai aspek pelayanan kesehatan, dari manajemen gudang obat hingga koordinasi program keperawatan.
Sambil melayani di dinas kesehatan, Laurensius juga dipercaya menjadi Kepala Pelaksana Harian (PLH) Puskesmas Naibonat dalam situasi krisis pasca Covid-19.
“Saat itu, saya merangkap tugas sebagai Pelaksana Harian (PLH) karena kepala definitif tidak ada,” ujarnya.
Menurutnya, tantangan terbesar dalam pelayanan kesehatan di Kabupaten Kupang adalah kondisi geografis yang beragam dan akses yang sulit.
“Di daerah terpencil seperti Amfoang, masyarakat harus berjalan kaki berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tugas kami adalah memastikan mereka tetap sehat karena kesehatan adalah modal utama pembangunan,” kata Laurensius.
Ia percaya bahwa kesehatan yang baik akan mendukung produktivitas masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk mengatasi kendala ini, Laurensius dan timnya membangun komitmen kuat dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama dan masyarakat.
“Kami memanfaatkan mimbar gereja untuk pemeriksaan penyakit tidak menular. Kerjasama lintas sektor ini penting agar kami dapat mencapai Standar Pelayanan Minimal (SPM),” jelasnya.
Laurensius juga menekankan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
“Kami berharap masyarakat lebih aktif mencari pelayanan kesehatan. Ke depan, kita harapkan masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan dan proaktif mencari pertolongan,” harapnya.
Pesan Laurensius kepada para petugas kesehatan dan masyarakat sangat jelas: kerja keras dan dedikasi hari ini akan menentukan kualitas hidup generasi mendatang.
“Kita bekerja dengan sungguh-sungguh agar anak-anak di masa depan terbebas dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah. Jika suatu saat mereka terkena penyakit, itu adalah tanggung jawab kita yang tidak bekerja maksimal hari ini,” pungkasnya.(*)