AMARASI BARAT – Di Pasar Baun, Amarasi Barat, lapak milik Mama Selvi Amtiran berhadapan langsung dengan jalan utama. Lapak sederhana itu menjual berbagai kebutuhan dapur seperti sayur, bumbu, tahu, minyak goreng dan sebagainya.
Siang itu, Jumat (20/7), Mama Selvi duduk bersama putra bungsunya, Julius, di lapaknya. “Sudah lima tahun berjualan di sini. Kalau kita kerja dengan Tuhan, pasti Tuhan buka jalan,” ujarnya penuh keyakinan. Meskipun usianya tak lagi muda, semangatnya untuk terus maju tetap menyala.
Setiap pagi sekitar jam 7, lapak tersebut dibuka oleh suaminya. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Mama Selvi datang menggantikan suaminya.
Sebagai pedagang kecil, ia mengerti pentingnya kecerdasan membaca peluang dan keuletan dalam bisnis.”Katong bukan pegawai jadi harus putar otak untuk bisnis,” tuturnya.
Suaminya yang tak lagi mampu bekerja membuatnya menjadi tulang punggung keluarga. “Bapak sonde kuat kerja kebun lagi jadi katong hidup dari sini,” imbuhnya.
Meskipun lapaknya kecil, selalu ramai pembeli. Beberapa kali obrolan kami terputus oleh pembeli yang datang. “Lebih banyak barang di sini beli di Kupang, termasuk sayur-sayuran. Hanya siri pinang beli di sini,” jelasnya.
Salah satu kunci kesuksesannya adalah pandai mengelola utang. “Katong utang yang penting pandai kelola,” ungkapnya.
Berkat kegigihan dan ketekunannya, Mama Selvi berhasil membesarkan keempat anaknya yang kini sukses di bidang masing-masing.”Anak saya empat orang, yang pertama nona besar di AURI, kedua di RS Ben Mboi, ketiga di Suka Roti, yang laki-laki bungsu ini lagi kuliah di Ilkom Undana,” katanya dengan bangga.
Mama Selvi berharap besar Pasar Baun dapat berkembang dan menjadi lebih baik. “Mudah-mudahan pemerintah bisa bangun ini pasar lebih baik lagi, supaya orang dari jauh lihat oh Pasar Baun ini sudah maju. Kita juga nyaman, enak, karena penataannya bagus,” harapnya.
Melki Adrianus Buy, Penata Layanan Operasional di Seksi Pemerintahan Kecamatan Amarasi Barat, mengatakan Pasar Baun sangat membantu masyarakat setempat.”Biasanya kalau hari pasar mulai jam 6 pagi sudah ramai. Nanti pas sudah siang baru sepi,” kata Melki.
Setiap Sabtu, Melki hadir di pasar untuk menarik retribusi dari para pedagang. Dalam sehari, ia bisa mengumpulkan rata-rata Rp 200 ribu.”Semuanya langsung dikirim ke Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten,” ujar Melki, yang telah bertugas di pasar itu selama belasan tahun.
Camat Amarasi Barat, Frans E. Wewo, menegaskan pasar ini merupakan pusat aktivitas ekonomi masyarakat setempat.
Harapan masyarakat untuk penataan yang lebih baik sudah disampaikan ke pemerintah Kabupaten Kupang.”Kemarin sudah ada informasi dari Dinas Perindag dan Perumahan. Mungkin tahun depan sudah ada pembenahan,” kata Frans. (*)