Oleh: Orias Lazarus Selan (ASN di Bidang Bimas Kristen Kemenag Provinsi NTT)
Ketika menulis tema ini teringatlah pernyataan,” ragukanlah matahari hanya karena cahayanya, ragukanlah manusia hanya karena ia dapat berpikir dan berkata – kata.” Dalam konteks menghadapi pemilihan umum sepintas lalu pernyataan ini ada benarnya bahwa konstituen patut meragukan semua program yang ditawarkan dalam kampanye, 50 persen dilaksanakan dan 50 persen tidak dilaksanakan. Atau ragukan para kontestan pemilihan umum kita 50 persen baik dan 50 persen tidak baik.
Seperti nasehat Albert Einstein, jika kita memang manusia maka kita harus melakukan kebaikan atau kejahatan. Selama kita melakukan kebaikan atau kejahatan, berarti kita masih manusia. Dalam pengertian ekstrem lebih baik melakukan kejahatan daripada tidak melakukan apa–apa. Dengan ini sekurang – kurangnya kita masih hidup.
Pertanyaannya, dapatkah masyarakat memenuhi syarat sebagai pemilih tidak memilih karena keraguan? Seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Ir Conradus Danisworo, M.Sc saat membacakan pernyataan sikap UPN Veteran Yogyakarta pada Rabu 7 Pebruari 2024. Pernyataan sikap tersebut terbingkai dalam empat lapisan. Pertama mengajak segenap komponen bangsa untuk bersatu demi terselenggaranya pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Kedua menghargai hak pilih setiap warga negera tanpa intervensi dan provokasi yang dapat memecah bela Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mencederai pesta demokrasi. Ketiga menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk tidak menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian yang dapat mengganti jalannya pemilu. Keempat menghimbau seluruh warga negara yang mempunyai hak pilih, agar menggunakan hak pilihnya sesuai hati nurani.
Dari empat point di atas tergambar bahwa memilih bagi pemilih itu hak sekaligus kewajiban. Karena itu tidak boleh diciderai oleh kepentingan pernyataan sikap yang melalui penilaian berat sebelah dalam berbagai kegiatan seperti yang terjadi dalam debat capres dan cawapres baru-baru ini. Itu berarti berbeda dalam percakapan calon boleh tetapi disampaikan dalam kalimat yang konstruktif.
Dalam debat Cawapres Minggu, 21 Januari 2024 Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD mengatakan bahwa food estate merupakan proyek gagal dan merusak lingkungan sehingga bakal mengakibatkan kerugian pada petani. Untuk memperkuat keraguan tersebut Mahfud dan Muhaimin mengatakan proyek tersebut membutuhkan biaya banyak.
Menariknya mereka menyatakan berbeda pendapat dengan Prabowo tetapi dengan penjelasan yang rasional, sehingga perbedaan itu dilihat sebagai kesempatan menawarkan program lebih tepat.
Dalam konteks demokrasi keraguan tidak bisa dipersalahkan, ataupun membuat masyarakat takut menentukan pilihan, tetapi memberikan motivasi memperkuat semangat juang merealisasikan konsep secara damai dan benar menurut pandangan iman. Dengan catatan penting pembuktian kebaikan dan kedamaian tercapai jika program dilaksanakan bukan milik satu pasangan tetapi semua pasangan menawarkan diri sebagai pembawa kebaikan dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Sampai di sini pertanyaannya apakah masyarakat pantas khawatir atau takut melakukan pemilihan umum? Sampai pada titik ini terbaca gambaran tujuan yang ingin dicapai penulis dari tulisan ini yakni memberikan motivasi bagi pemilih berani menentukan pilihan tanpa takut. Alasan mengapa pemilih memilih tanpa takut digambarkan secara sederhana dalam tulisan ini. Untuk menolong pemilih tidak takut menentukan pilihan, di bawah ini digambarkan tanda-tanda mereka yang mengikuti kontestan pemilihan umum adalah orang baik.
Tentunya pandangan ini bisa berbeda dari pandangan pembaca. Perbedaan pandangan tidak mesti membuat kita bermusuhan. Perbedaan yang ditemukan dalam tulisan ini sedikit memberikan gambaran menemukan sedikit kebaikan dan kebenaran untuk mencapai kebaikan bersama (bonum commune).
Bagaimana mungkin tidak merasa khawatir bahkan takut memilih karena banyak informasi yang didengar, dibaca berkaitan dengan calon presiden, calon legislatif dari pusat sampai daerah dan calon DPD lebih banyak kabar negatifnya ketimbang positif, seperti berita hoaks.
Setiap orang memiliki hak menilai menurut pandangannya. Hak dimaksud mestinya ditempatkan secara proposional, artinya tidak lebih banyak pandangan negatif dari pandangan positif. Artinya semua mereka yang mencalonkan diri memiliki kekurangan sekaligus kelebihan sehingga tidak adil apabila menilai mereka secara negatif karena kekurangan yang dimiliki ataupun memuji mereka secara berlebihan hanya karena mereka mampu menyembunyikan sedikit kekurangan mereka dan menampilkan banyak kelebihan.
Dengan demikian pertanyaan lanjutannya: Apakah dasar pemilih tidak perlu takut memilih karena semua orang yang mencalonkan diri sebagai presiden, wakil presiden, DPD, DPR RI, DPRD I, DPRD II adalah manusia ciptaan Tuhan yang baik?
Menurut dasar teologis Kristen semua orang adalah mahkluk mulia, sebab diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Imago Dei). Pandangan ini pun tidak berbeda dari agama lain di Indonesia. Seperti Islam, Katolik, Kong Hu Chu, Hindu dan Budha. Pandangan ini dipahami sebagai mereka peserta konstalasi politik saat ini memiliki sifat ke-Allah-an dengan sifat kasih terhadap semua ciptaan termasuk masyarakat dan seluruh alam semesta. Karena kasih terhadap masyarakat dan seluruh alam semesta yang ada di Indonesia maka mereka menawarkan diri menjadi calon Presiden dan wakil presiden, Calon DPR RI, DRPD I, DPRD II dan DPD.
Karena dasar kasih itulah maka tidak patut pemilih takut memilih mereka. Stuart Chose mengatakan Democracy is a condition where people believe that other people are as good as they are (demokrasi adalah keadaan dimana orang percaya bahwa orang lain baik seperti diri mereka). Nasihat Stuart Chose menolong kita memberanikan diri memilih tanpa takut.
Alasan lainnya membuat pemilih tidak takut memilih karena para kontestan pemilihan umum diisyaratkan untuk menyampaikan pokok – pokok pikiran yang baik menurut mereka dalam menatalayani masyarakat dan pemerintahan. Pokok-pokok pikiran terekspresi dalam bentuk visi dan misi atau dengan kata lain para kontestan diberikan ruang menjelaskan mimpi mereka jika mereka terpilih dan program ditempuh meraih mimpi.
Setelah mendengar para kontestan menyampaikan mimpi mereka ketika diberi kepercayaan memimpin bangsa tidak satu pun memberikan gambaran membawa bangsa kearah kurang baik. Dalam konteks iman Kristen semua yang disampaikan memiliki pandangan positif atau semua mimpi-mimpi mengarah pada kebaikan dan damai sejahtera.
Sampai pada titik ini bisa dikatakan kurang tepat jika pemilih menyatakan takut memilih. Takut jika salah memilih atau takut jika pilihannya kalah. Takut memilih itu wajar karena manusia tetapi tidak memilih karena takut itu yang tidak boleh. Semua masyarakat harus optimis bahwa semua orang yang dipilih memiliki visi dan misi yang baik hanya merealisasikan visi dan misi yang berbeda.
Supaya tidak takut nasihat tidak menghakimi merupakan pilihan terbaik. Pernyataan-pernyataan menghakimi membuat hidup tidak aman; hidup selalu penuh rasa kuatir. Kuatir akibat pilihannya kalah. Apalagi pernyataan-pernyataan selalu berpijak dari sikap tidak senang, sikap antipati.
Ekspresi sikap tidak senang terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat tidak manusiawi bahkan berita atau informasi tidak memiliki unsur kebenaran disebarkan demi memenangkan pilihannya. Supaya tidak takut jangan menghakimi. Sampaikanlah kabar baik bagi semua orang tentang semua, atau dengan kata lain jangan berbicara tentang dia tetapi berbicara tentang kita.
Satu pernyataan yang baik untuk kita pakai dalam menerima hasil pemilihan adalah banyak yang dipanggil sedikit yang terpilih, banyak calon pemimpin, hanya satu yang diberikan kesempatan memimpin. Karena itu mereka yang diberikan kesempatan memimpin adalah mereka yang diutus mewujudkan karya kebaikan bagi semua masyarakat di Indonesia. Mereka yang diutus bukan karena kelebihan, kekayaan, kepintaran atau persahabatan tetapi dianugerahi oleh Tuhan (vox populi vox Dei).
Sehingga mereka yang dipilih adalah utusan Tuhan atau hamba Tuhan (ebeb Yahwe). Mereka yang tidak dipilih bukan berarti mereka tidak diutus, tetapi mereka diutus pada tempat dan posisi yang berbeda. Sampai pada titik ini benarlah pernyataan suara rakyat suara Tuhan. Jadi pilihlah salah dari mereka karena mereka adalah utusan Tuhan.
Dalam bahasa yang berbeda Thomas Jefferson mengatakan: “When a man assumes is publish trust, he should consider himself as a publik property (bila orang memangku jabatan masyarakat dia harus memandang dirinya sebagai milik masyarakat).”
Artinya mereka yang sudah dipilih adalah milik masyarakat. Karena itu masyarakat harus mampu memanfaatkan pejabat yang dipilih untuk kebaikan bersama. Bagaimana memanfaatkan pejabat untuk kepentingan masyarakat? Caranya mengikuti secara baik semua program-program yang ditawarkan pejabat dengan penuh tanggungjawab yang melekat padanya. Misalnya memanfaatkan program Sabtu bersih untuk membersihkan lingkungan desa, dan lain-lain.