KUPANG, SH – Hidup seringkali memberikan tantangan tak terduga, tetapi bagi Arnolus Mooy, respon terhadap tantangan menjadi kunci untuk bisa meraih kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.
Lahir sebagai anak yatim piatu Arnolus harus menjalani kehidupan yang keras sejak masih kecil.
“Bapak saya meninggal saya masih umur beberapa bulan. Mama meninggal saya usia sekitar 3 atau empat tahun. Jadi untuk Mama masih ada dalam memori saya,” ujar Arnolus mengenang masa-masa awal hidupnya di Pulau Rote.
Kehidupan sebagai seorang anak yatim piatu mengajarkan Arnolus untuk mandiri. Di usia kelas 5 SD, ia sudah mahir mengiris tuak dan membuat gula.
“Kemudian saya datang Kupang tinggal dengan saudara sepupu untuk bisa lanjutkan Pendidikan,” kata Arnolus.
Meski tinggal dengan kerabat, Arnolus memilih untuk mandiri dalam membiayai pendidikannya. Ia bekerja sebagai buruh dan tukang untuk bisa membayar biaya pendidikannya.
Januari 1974 menjadi titik balik dalam hidup Arnolus ketika ia diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di SMP Lili sebagai salah satu dari lima guru perintis. Di sinilah ia bertemu dengan Maria Margaretha Aeng, yang kemudian menjadi istrinya.
Menurut sang istri, awal pacaran mereka tak berjalan mulus karena ada perbedaan mendasar di antara keduanya.
“Bapak dari Protestan, saya dari Katolik. Itu perjuangan yang luar biasa, satu cobaan juga,” ujar Maria.
Untungnya ayah Maria yang adalah seorang anggota TNI tak mempermasalahkan urusan agama.
“Bapak bilang agama itu tidak menyelamatkan. Yang menyelamatkan adalah iman,” kata Maria meniru pernyataan sang ayah.
Pernyataan itu membuka jalan bagi perjalanan keluarga Arnolus dan Maria yang kemudian dikaruniai tujuh orang anak.
Menurut Maria, kunci awetnya pernikahan mereka yang telah memasuki usia 50 tahun adalah landasan iman Kristiani, kasih sayang, kesetiaan, dan kejujuran.
“Kalau hanya kasih antara dua orang, suami istri, tanpa Kristus hadir di dalam, itu sia-sia,” ungkapnya.
Mendidik dengan Visi
Pengalaman hidup yang sulit membuat Arnolus bertekad untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Ketujuh anaknya disekolahkan di sekolah-sekolah unggulan.
Ia juga menanamkan disiplin, kerja keras dan fokus pada pendidikan, bahkan membuat aturan untuk tidak berpacaran sebelum menyelesaikan pendidikan.
“Saya bilang ke anak-anak saya, kalau kamu sekolah, harus sekolah yang baik, tidak boleh pacarana dulu. Kalau sudah selesai kuliah baru boleh bawa pacar, nanti saya siap urus,” kata Arnolus.
Didikan ini membuat semua anaknya berhasil menempuh hingga pendidikan tinggi dan kini telah mempunyai pekerjaan yang baik.
Mengabdi untuk Masyarakat
Perjalanan karir Arnolus dari guru kelas hingga menjadi anggota DPRD Kabupaten Kupang periode kedua mencerminkan dedikasi dan kepeduliannya terhadap pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Pengalamannya sebagai guru dan pengawas sekolah di daerah-daerah terpencil membuatnya memahami betul kebutuhan masyarakat.
“Saya ingin menjadi anggota DPR bukan untuk mencari kekayaan, tapi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan,” ungkap politisi PKB tersebut.
Karena itu ia aktif mengunjungi masyarakat di daerah pemilihannya untuk melihat langsung kehidupan masyarakat dan memberikan dukungan. Baginya seorang wakil rakyat harus hadir dan peduli terhadap kehidupan masyarakat yang diwakilinya.
“Misalnya saat reses itu saya evaluasi apa yang perlu ditingkatkan dari program dan kebijakan yang sudah ada sehingga ada perubahan menuju ke arah yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat,” pungkasnya.(*)