KUPANG, SH – Arlot Sanam, petani milenial asal Desa Kuimasi, Kecamatan Fatuleu, membuktikan bahwa pertanian bisa menjadi lahan bisnis yang menjanjikan bagi generasi muda.
Sebagai ketua kelompok tani One Heart, Sanam telah berhasil mengembangkan usaha hortikultura yang inovatif sejak tahun 2020.
“Kami saat ini bergerak di bidang hortikultura, yaitu budidaya jamur tiram dan bawang varietas Lokananta, serta pembibitan cabai dan bawang,” ujar Sanam saat diwawancarai di lokasi usahanya, Kamis (1/8).
Inovasi utama Sanam terletak pada budidaya jamur tiram yang mengusung slogan “mengubah sampah menjadi berlian”. Ia memanfaatkan limbah serbuk gergaji dari tempat penggergajian kayu (somel) sebagai media tanam utama.
“Bahannya cuma tiga: serbuk kayu, dedak, dan kapur,” jelas Sanam.
Dengan metode ini, ia mampu memproduksi sekitar 500 media tanam per hari, yang kemudian dijual ke berbagai daerah seperti Atambua, Malaka, dan Kefamenanu.
Dari segi ekonomi, usaha ini terbukti menguntungkan. “Per media itu HPP-nya Rp1.500 sampai Rp2.000. Kami jualnya Rp5.000 per media, jadi keuntungan bersihnya Rp3.000 per media,” tambah Sanam.
Selain jamur tiram, kelompok tani One Heart juga memproduksi bibit cabai yang dijual seharga Rp200 per soil block. Sanam juga mengatakan bahwa mereka sedang membuka lahan baru untuk penanaman cabai.
Kesuksesan Sanam tidak lepas dari kolaborasinya dengan berbagai instansi pemerintah. “Kami berkolaborasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten, Provinsi dan Kementerian Pertanian,” ungkapnya.

Arlot Sanam (kiri) bersama Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, Kris Kapitan
Berkat kerjasama ini, kelompok tani One Heart menerima bantuan greenhouse senilai Rp350 juta pada tahun 2023.
Latar belakang pendidikan Sanam sebagai lulusan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang tahun 2019 menjadi modal penting dalam mengembangkan usahanya.
“Yang mendorong saya karena saya punya lahan, air juga ada, serta ilmu dan keterampilan,” tambahnya.
Kisah sukses Arlot Sanam dan kelompok tani One Heart menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menyimpan potensi besar bagi generasi muda yang inovatif dan berpendidikan.
Dengan memanfaatkan teknologi dan dukungan pemerintah, petani milenial seperti Sanam mampu mengubah persepsi tentang pertanian dan menciptakan peluang usaha yang menguntungkan di daerah. (*)