KUPANG, SH – Tradisi unik Bahoruk atau pukul kaki kembali digelar dalam acara Syukuran 40 Hari Meninggal Almarhum Bapak Yakob Benyamin Lololau di Naikoten 1, Kota Kupang, pada Sabtu (3/8) malam.
Acara ini menarik perhatian banyak peserta yang ingin menguji nyali dan daya tahan betis mereka.
Bahoruk melibatkan dua orang yang saling memukul betis, menciptakan suasana yang penuh ketegangan tetapi juga kegembiraan. Rey Lusi, salah satu peserta, mengungkapkan kesenangannya bisa berpartisipasi dalam tradisi ini.
Albert Lololau, anggota DPRD Kabupaten Kupang, menjelaskan asal-usul tradisi ini. “Bahoruk adalah tradisi orang Rote, khususnya dari bagian Termanu ke bagian Timur,” ujarnya.
“Nenek moyang kita dulu melakukan ini setelah memenangkan peperangan sebagai ungkapan kegembiraan,” lanjutnya.
Meskipun acara ini bisa menyebabkan rasa sakit dan terkadang luka berdarah, para peserta tetap menunjukkan kebanggaan.
“Saya berharap budaya ini terus dilestarikan,” tambah Lololau.
Deni Dethan, salah satu orang tua yang hadir, menekankan bahwa meski terlihat keras, tradisi ini tidak menimbulkan dendam di antara peserta.
“Meskipun sakit, tidak ada dendam di antara mereka yang terlibat dalam acara pukul kaki ini,” jelasnya.
Acara Bahoruk ini menjadi bukti bahwa tradisi leluhur masih memiliki tempat di tengah masyarakat modern. Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, tradisi ini juga menjadi ajang mempererat ikatan sosial dan menguji ketangguhan fisik serta mental para pesertanya. (*)