Kupang, Suara Harapan – Kekeringan ekstrem yang mengancam Kabupaten Kupang, NTT, mendorong ADRA (Adventist Development and Relief Agency), organisasi kemanusiaan internasional, menggelar lokakarya yang melibatkan pemerintah Kabupaten Kupang dan berbagai stakeholder.
Lokakarya yang berlangsung Senin-Selasa (27-28/5) di Hotel Kristal ini berfokus pada peninjauan Rencana Kontijensi (Renkon) Ancaman Cuaca Ekstrim, serta simulasi ruang (table top exercise).
“Peringatan dini dari BMKG tentang potensi kekeringan hingga akhir September, dengan curah hujan di beberapa wilayah diprediksi kurang dari 50mm per bulan, membuat lokakarya ini menjadi sangat-sangat penting,” ujar D’Karlo Purba, Direktur Program ADRA Indonesia.
“Kita perlu tindakan cepat dan tepat sebelum bencana terjadi, seperti aktivasi siaga darurat dan penguatan kapasitas masyarakat, terutama kelompok rentan,” lanjutnya.
Purba juga menekankan pentingnya solusi inovatif seperti sistem perlindungan sosial adaptif, di mana masyarakat dapat memiliki akses dana untuk persiapan dan respons bencana.
“Jadi harapannya ke depan kalau orang menghadapi kedaruratan rekeningnya sudah terisi sehingga memang dia bisa mengevakuasi ternak, bisa memperkuat rumahnya atau melakukan evakuasi keluarga untuk menghindari ancaman atau bahaya,” kata Purba.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kupang, Semy Tinenti, menjelaskan bahwa lokakarya ini merupakan langkah konkret dalam mengoperasionalkan Perda tentang Renkon Cuaca Ekstrim yang telah disusun bersama ADRA dan SIAP SIAGA.
“Kami sedang mempersiapkan Ranperbup (Rancangan Peraturan Bupati) terkait Renkon cuaca ekstrim ini. Dokumen ini akan menjadi panduan praktis di lapangan, melengkapi upaya-upaya sebelumnya seperti simulasi lapangan di daerah rawan bencana seperti Kecamatan Fatuleu Barat,” kata Tinenti.
Penjabat Bupati Kupang, dalam sambutan yang dibacakan oleh Plt. Sekda Novita Foenay, menyerukan kolaborasi semua pihak dalam mengantisipasi bencana.
“Penanggulangan bencana adalah panggilan kemanusiaan bagi kita semua, bukan hanya tanggung jawab pemerintah,” ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis komunitas dan paradigma antisipatif dalam penanggulangan bencana.
Karena itu ia berharap lokal karya ini dapat menghasilkan aksi-aksi antisipatif yang relevan sesuai potensi dan karakteristik wilayah di Kabupaten Kupang.
“Bahkan jika perlu aksi antisipatif yang dihasilkan dalam loka karya ini agar dapat segera diimplementasikan dalam menanggulangi potensi bencana kekeringan yang dipastikan akan dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Kupang dalam beberapa waktu ke depan,” pungkasnya. (*)