Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 8:26-40
Tema: Pendidikan Kristen Sebagai Proses Belajar Dan Berbagi
Pengantar
Bulan Juli ditetapkan oleh Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) sebagai Bulan Pendidikan. Sepanjang bulan ini, GMIT bermaksud membangun pemahaman dan aksi iman bersama terkait pendidikan.
Dalam Pokok-pokok Eklesiologi (PPE) GMIT, dijelaskan bahwa GMIT memiliki tanggung jawab untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan yang diasuhnya. Amanat bagi GMIT dalam mengusahakan pendidikan (pengajaran), sesungguhnya mendapatkan justifikan (dukungan) teologis, sebab terdapat landasan Alkitab yang dapat dijadikan rujukan untuk penatalayanan di bidang pendidikan.
Salah satu bagian Alkitab yang menjadi rujukan adalah Kisah Para Rasul 8:26-40; yang dijadikan dasar pembacaan Alkitab (pemberitaan firman) dalam khotbah saat ini.
Hakikat gereja sebagai persekutuan orang percaya memiliki bidang pelayanan yang beragam, dan tidak terbatas pada ritual-ritual yang hanya berdimensi vertikal (dimensi dengan Tuhan), namun juga memiliki dimensi horizontal (dimensi dengan manusia dan alam) yang berkaitan langsung dengan realitas kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.
Pelayanan gereja di dalam dan melalui dunia pendidikan dimaksudkan sebagai jalur yang paling tepat untuk menjaga sekaligus meneruskan warisan karya keselamatan kepada semua orang. Dalam fungsinya gereja perlu melangsungkan proses belajar dan berbagi mengenai pendidikan Kristen.
Pelaksanaan pendidikan Kristen dalam lingkup gereja sangat penting bagi jemaat. Karena jemaat sendiri dalam eksistensinya diperhadapkan pada bidang kehidupan sosial, ekonomi, politik, serta budaya. Sehingga setiap anggota jemaat dituntut untuk dapat memberikan kontribusinya dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa melepaskan atau meninggalkan prinsip-prinsip kehidupan sebagai anggota gereja.
Setiap jemaat perlu dilengkapi dengan pengajaran di dalam gereja, agar mereka mengerti dengan jelas dan benar untuk melaksanakan misi, proklamasi Injil dan keterlibatan sosial; mengaktifkan kehidupan doa, sebagai gaya hidup yang bergantung kepada Allah; memahami identitas umat, memelihara kesatuan dan persatuan; bersikap kritis dan menghargai nilai-nilai budaya.
Pengajaran dalam gereja dimaksudkan agar setiap jemaat dapat belajar dan berbagi dalam kehidupan yang dinamis secara spiritual; jemaat dapat bertumbuh dan berbagi menuju kedewasaan rohani dalam Yesus Kristus; dan jemaat dapat dipersiapkan untuk menjadi murid dan pemimpin di masa depan yang berkarakter Kristus.
Penjelasan Teks
Secara umum, Kitab Kisah Para Rasul menceritakan perjuangan para rasul dalam memberitakan Injil Yesus Kristus, dan mengisahkan riwayat gereja purba (atau gereja mula-mula) yang berlangsung dalam kurun waktu sekitar tiga puluh tiga tahun.Roh Kuduslah yang memegang peran utama. Dia yang memberi kuasa kepada para rasul. Dia pula yang menghibur dan menguatkan mereka. Dialah yang memberi arah bagi derap perjuangan mereka.
Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas, seorang tabib yang pernah mendampingi Rasul Paulus dalam perjalanan penginjilannya. Kitab Kisah Para Rasul diawali dengan berdirinya gereja dengan peristiwa Pentakosta, dilanjutkan dengan pelayanan dan pengajaran para rasul; serta penderitaan para rasul.
Perikop Kisah Para Rasul 8:26-40, bercerita tentang seorang pejabat dari negeri Etiopia, yang berada di Benua Afrika, yang beribadah ke Yerusalem. Jarak Etiopia ke Yerusalem tidaklah dekat, melainkan jauh sekali jaraknya.Dalam teks ini dikisahkan bahwa pejabat negeri Etiopia itu pergi beribadah ke Yerusalem dengan mengendarai kereta kudanya. Tampaknya, ia adalah seorang yang rajin beribadah.
Pada zaman itu, adalah hal yang lazim bagi orang di berbagai tempat datang ke Yerusalem untuk beribadah, terutama pada hari-hari raya besar umat Yahudi. Orang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah orang Yahudi, walaupun ia bukan seorang Yahudi.
Di Bait Allah di Yerusalem ada tempat atau pelataran khusus bagi orang-orang bangsa lain yang bukan Yahudi. Lalu ketika ia pulang, ia membawa sebuah gulungan Kitab Yesaya. Ia membacanya, namun ia tidak memahaminya. Kemudian, muncullah Filipus yang diarahkan oleh Roh Kudus untuk menemuinya. Filipus dan pejabat tersebut bercakap-cakap tentang teks yang dibaca oleh pejabat tersebut. Ia tidak memahaminya dan ia mengatakan kepada Filipus.
Rasa ingin tahu pejabat itu sangat besar, sehingga meskipun ia seorang pejabat di negerinya, ia tidak malu menyatakan bahwa ia tidak memahami apa yang ia baca; dan dengan rendah hati ia mau meminta tolong pada Filipus agar diberi penjelasan tentang teks yang ia baca.
Luar biasa, seorang pejabat mau mengakui kekurangannya, dan tidak malu untuk meminta tolong. Roh Kudus menolong Filipus untuk memberikan penjelasan kepada pejabat tersebut. Filipus menolong pejabat itu untuk memahami teks yang ia baca. Dan dengan penjelasan Filipus, pejabat itu menjadi mengerti bahwa teks yang ia baca adalah tentang Yesus Kristus yang ditulis oleh nabi Yesaya beberapa abad sebelumnya. Ia menjadi percaya kepada Yesus Kristus, dan ketika di perjalanan mereka menemukan tempat yang terdapat air, pejabat tersebut meminta untuk dibaptis oleh Filipus.
Aplikasi
Kisah Para Rasul 8:26-40 mengajarkan kita beberapa hal sebagai aplikasi/penerapan:
1. Pendidikan (termasuk pendidikan Kristen) itu penting dan merupakan proses belajar dan berbagi yang tidak pernah selesai. Orang yang bijak tidak pernah merasa puas, ia selalu ingin belajar dan berbagi. Melalui proses pendidikan seseorang akan bertambah pengetahuan dan semakin bijaksana menjalani hidup,memahami situasi dan mengambil keputusan apa yang mesti ia lakukan secara baik dan bertanggungjawab terhadap Tuhan, sesama, dan semesta.
Belajar bukan sekedar untuk tahu, melainkan dengan belajar seseorang diharapkan bertumbuh, berubah, berbagi dan bermanfaat. Tidak sekedar belajar lalu berubah, tetapi juga berbagi-bermanfaat dalam kehidupan.
2. Kita perlu mencontohi teladan pejabat dari negeri Etiopia yang mempunyai kerinduan untuk belajar (bersedia membaca untuk mengerti) teks/ayat dari kitab Yesaya. Membaca dan berbagi cerita Alkitab adalah sebuah kebajikan.
Jika kita ingin bertumbuh dalam iman, berakar dalam pengharapan, dan berkeinginan untuk berbagi kasih; kita harus bergaul dengan firman Allah.Salah satu jalan ialah dengan terus dan tekun membaca (terus belajar) dan berbagi cerita dari firman Allah (Alkitab).
3. Untuk mengerti/memahami Alkitab sebagai firman Allah dengan baik, kita perlu orang lain untuk menerangkan maknanya secara benar. Ini nyata dalam bacaan tadi. Ketika pejabat dari negeri Etiopia ini membaca teks kitab Yesaya, maka Filipus menghampirinya dan bertanya: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” Dengan jujur pejabat itu menjawab: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?”.
Ternyata kita belajar bahwa untuk mengerti Alkitab dengan benar kita membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa mengetahui kebenaran firman Allah dari diri kita sendiri saja.
Kalau kita membaca Alkitab dan mencoba memahaminya sendiri, maka kita cenderung membatasi atau menyetel maksud teks itu untuk sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita membutuhkan orang lain yang membimbing kita untuk mengerti Alkitab.
4. Setiap bangunan membutuhkan dasar atau pondasi. Sebuah rumah akan kokoh apabila pondasinya kuat. Demikian pula bangunan kebenaran membutuhkan pondasi. Ketika pejabat dari negeri Etiopia menanyakan apa arti kitab Yesaya tentang anak domba yang dikorbankan (ayat 32-33), Filipus tidak menjawab berdasarkan kebenarannya sendiri. Ia menjawab makna kebenaran keselamatan Allah berdasarkan kitab Yesaya yang menjadi fokus percakapan.
Kebenaran keselamatan Allah tidak lahir dari persepsi dan perasaan oknum (orang) tertentu. Namun, Kristus diberitakan sesuai dengan kesaksian dan nubuat para nabi. 5. Sekarang ini banyak sekali orang yang mengaku penginjil (biasanya disebut Evangelis). Mereka berjalan keliling untuk mengajarkan firman Allah. Namun kita tidak tahu persis siapa yang menahbiskan mereka untuk tugas itu. Juga tidak jelas untuk gereja mana mereka bekerja/berkarya.
Setelah ditelusuri, ternyata mereka bekerja untuk membuat “gereja baru” di luar gereja kita (GMIT). Bacaan kita dengan jelas menunjukkan bahwa Roh Kudus mengarahkan Filipus, yang mempunyai identitas yang jelas. (Sinode GMIT)