KUPANG, SH – Dessy Ballo Foeh adalah sosok yang tak bisa dipisahkan dari nilai-nilai perjuangan Bung Karno. Sebagai anak bungsu dari 13 bersaudara, anggota DPRD Kabupaten Kupang ini tumbuh di lingkungan yang menekankan pentingnya kesetaraan gender—sebuah prinsip yang jarang ditemui dalam budaya patriarki NTT.
Sejak kecil, Dessy sudah tertarik dengan dunia organisasi. Pengalaman awalnya di Pramuka saat bersekolah di SD GMIT Bonipoi 3 Kupang menanamkan kecintaan pada semangat nasionalisme dan patriotisme.
Ayahnya, yang merupakan pengagum berat Bung Karno, menjadi sumber inspirasi yang memperkuat pandangannya tentang politik. Cerita-cerita perjuangan sang proklamator yang disampaikan sang ayah membuat Dessy kecil terpesona dan tertarik mendalami dunia politik.
“Ayah saya sangat mencintai Bung Karno. Setiap hari, ceritanya tak pernah lepas dari Bung Karno. Bahkan di rumah kami ada pigura besar Bung Karno,” kenang Dessy.
Diskusi ayahnya tentang kriminalisasi terhadap Bung Karno dan konflik Israel-Palestina menjadi landasan awal semangat perjuangannya. Salah satu kenangan yang membekas adalah setiap tahunnya ia menonton film G30S/PKI di bioskop Kupang Teater. Film itu memicu pertanyaan dalam benaknya tentang bagaimana sosok yang begitu dikagumi di rumah justru digambarkan berbeda di dalam film.
Kontradiksi ini mendorong Dessy untuk lebih kritis dan menggali lebih dalam. Ketika akhirnya menemukan fakta bahwa banyak kisah tentang Bung Karno dipelintir, cintanya pada sosok Sang Proklamator semakin bertumbuh.
“Dan ketika cinta itu tumbuh, saya menemukan nilai-nilai Bung Karno yang diteruskan melalui sebuah partai, yaitu PDI Perjuangan. Itulah yang membuat saya akhirnya berlabuh di PDI Perjuangan,” ujar istri dari Imanuel Ballo ini.
Meski perjalanan politiknya di PDI Perjuangan disertai dinamika, Dessy tetap setia pada idealismenya. Pernah ditawari untuk berpindah partai, cintanya pada nilai-nilai Bung Karno membuatnya bertahan.
Pengalaman panjang sebagai aktivis di berbagai organisasi seperti GAMKI, Pemuda GMIT, dan KNPI, menjadi modal kuat dalam karier politiknya. Nilai-nilai idealisme yang terbentuk selama masa aktivismenya memberi Dessy landasan kokoh untuk tetap menjaga jati diri dalam dunia politik yang seringkali dianggap pragmatis dan kejam.
“Saya percaya bahwa dalam dunia yang sepragmatis apapun, kita harus memiliki lilin yang selalu menyala di hati. Meskipun terkadang lilin itu redup karena angin kepentingan, namun ia tidak pernah padam. Itulah pentingnya nilai bagi seorang politisi, agar dalam dunia politik yang pragmatis, dia tidak kehilangan jati dirinya,” tutur Dessy.
Sebagai perempuan yang bukan asli daerah pemilihan, Dessy sadar akan tantangan yang dihadapinya. Namun, kepercayaan masyarakat Kabupaten Kupang, yang kembali memilihnya untuk periode keempat dengan suara terbanyak, membuktikan bahwa hatinya selalu bersama rakyat.
“Saya percaya apa yang dikatakan Megawati bahwa hati Tuhan ada di mana-mana dan hati rakyat bermata. Kepercayaan masyarakat ini adalah amanat yang harus saya jaga untuk berjuang lebih keras dan lebih baik bersama mereka,” ujarnya.
Dalam tugasnya sebagai anggota DPRD, Dessy fokus pada permasalahan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan irigasi di dapilnya. Namun, ia tidak melupakan tanggung jawab sosialnya terhadap masyarakat, selalu membuka pintu rumahnya bagi mereka yang membutuhkan bantuan. Bagi Dessy, tugasnya di dewan bukan sekadar legislasi, pengawasan, dan penganggaran, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial.
“Sebab jika masyarakat datang dengan kesusahan mereka dan kita mengatakan bahwa itu bukan tugas kita, di mana tanggung jawab sosial kita?” ujarnya.
Dessy Ballo bersama sang Suami, Imanuel Ballo
Dedikasi Dessy dalam menjalankan tugasnya sangat tinggi. Bahkan demi menghadiri sidang APBD yang penting, ia rela menjalani operasi sesar untuk melahirkan.
“Karena perkiraan lahir normal jatuh pada saat sidang APBD, saya memutuskan untuk operasi agar bisa mengikuti sidang. Sebab jika yang kita perjuangkan tidak masuk dalam APBD, itu sama saja dengan omong kosong. Jadi, setelah 25 hari melahirkan, saya langsung ikut sidang,” kata Dessy.
Dessy percaya bahwa dalam politik, nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan harus tetap dijaga. Dengan semangat kerakyatan yang diusung PDI Perjuangan, ia terus berjuang untuk kepentingan masyarakat, terutama petani dan peternak di dapilnya. Ia juga berupaya meningkatkan sarana prasarana dan pengembangan SDM bagi anak-anak muda agar memiliki masa depan yang lebih baik.
Kisah Dessy Ballo Foeh adalah bukti nyata bahwa dengan semangat kuat, idealisme tinggi, dan kedekatan dengan rakyat, seorang perempuan bisa membuat perubahan signifikan. (*)