KUPANG – Camat Fatuleu Barat, Johanis Hadjo Wele, S.TP, mengawal karir dan menghabiskan sebagian besar pelayanannya bidang pertanian. Dengan latar belakang itu, Wele bertekad untuk membangkitkan potensi ekonomi Fatuleu Barat yang masih tertinggal, terutama di bidang pertanian.
“Saya melihat Kecamatan Fatuleu Barat ini masih cukup tertinggal, sehingga saya selalu memotivasi masyarakat untuk bangkit dari ketertinggalan, terutama melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat,” ujar Wele, Rabu (21/8).
Wele memulai karirnya sebagai tenaga bantu di Dinas Pertanian Provinsi NTT, kemudian menjadi penyuluh pertanian di berbagai kecamatan di Kabupaten Kupang. Pengalamannya yang panjang di bidang pertanian itu menjadi modal berharga dalam memimpin Fatuleu Barat.
Sebagai camat, Wele fokus pada pengembangan sektor pertanian sebagai motor penggerak ekonomi.
“Kami giatnya di bidang pertanian. Ada kegiatan pengembangan jagung 70-an hektar, yang sudah berjalan sekitar 40 hektar. Lalu ada pengembangan kacang hijau 50 hektar yang sedang proses di lapangan,” jelasnya.
Selain pertanian, Wele juga mengarahkan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan ekonomi dan penanganan stunting. Ia mendorong pembangunan infrastruktur pertanian seperti sumur bor dan pengadaan alat mesin pertanian (alsintan).
Untuk mengatasi stunting, intervensi dilakukan melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di lima desa.
Meski angka stunting sempat menurun ke 12,66%, namun kembali naik menjadi 14,67%. Hal ini menjadi tantangan bagi Wele dan timnya untuk terus berupaya menurunkan angka tersebut.
Di tengah berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur dan jaringan komunikasi, Wele tetap optimis.
“Kami sangat mengharapkan bantuan dari dinas teknis terhadap kekurangan-kekurangan yang kami alami di lapangan,” ungkapnya.
Wele juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dalam menjalankan tugasnya sebagai camat. “Untuk kerja pelayanan saya itu selalu didukung oleh keluarga,” tambahnya. (*)