Bacaan Alkitab : Keluaran 2:1-10
“Keluarga Allah, Keluarga yang Melindungi Anak“
Suara Harapan – Anak-anak memiliki tempat yang penting dalam keluarga, gereja dan bangsa. Ungkapan ini memberi pesan betapa pentingnya perhatian terhadap kehidupan anak. Harapan-harapan positif terhadap keluarga, gereja dan bangsa sekarang dan nanti ditentukan oleh seberapa besar peran kita dalam mempersiapkan anak-anak.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah perlindungan anak. Kenyataan hari ini menyaksikan fakta yang sebaliknya. Anak-anak berada di dalam berbagai ancaman. Anak-anak yang mesti dilindungi, justru menjadi korban kekerasan, eksploitasi dan juga penelantaran. Keluaran 2:1-10 mengingatkan tentang pentingnya melindungi masa depan anak. Sesungguhnya tugas melindungi masa depan anak merupakan tugas kita sebagai keluarga Allah.
Penjelasan Teks
Ayat 1 mengungkapkan identitas Musa. Sebagai seorang anak dengan garis keturunan suku Lewi, Musa berpotensi menjadi pemimpin agama bagi bangsa Israel. Narasi kelahiran dan penyelamatan Musa terhubung dengan narasi penderitaan bangsa Israel dalam Keluaran 1. Sejak bangsa Israel dianggap sebagai ancaman bagi Mesir, mereka hidup dalam penderitaan. Tentu saja perintah Firaun untuk membunuh setiap anak laki-laki yang baru dilahirkan merupakan hukuman yang mencemaskan para orang tua, keluarga, dan bangsa Israel. Ketika keselamatan Musa terancam, penyertaan Tuhan melalui Sifra dan Pua menyelamatkan nyawanya. Jumlah orang Israel justru semakin bertambah. Ketika Firaun melihat usahanya tidak berhasil, ia memberi perintah yang baru. Semua anak laki-laki yang baru dilahirkan harus dilemparkan ke sungai Nil. Yokhebed, ibu Musa, berupaya menyembunyikan Musa selama 3 bulan.
Keputusan yang melanggar titah Firaun itu tentu membahayakan kehidupan mereka. Namun dalam ketidakberdayaan, mereka tetap menyelamatkan Musa. Mereka pun menghanyutkan Musa di sungai Nil untuk berjumpa dengan putri Firaun. Tindakan ini menunjukkan keberpihakan kepada kehidupan. Karakter putri Firaun berbeda dengan ayahnya. Ayat 6-10 menggambarkan putri Firaun sebagai seorang yang memiliki belas kasih dan tidak setuju dengan perintah ayahnya. Jika dilihat dari waktu pertemuan yang tepat antara Musa dan Putri Firaun, tampaknya para dayang berperan dalam kisah penyelamatan Musa. Kemungkinan mereka merupakan orang Israel. Pada masa itu, perempuan Israel bekerja sebagai budak dalam keluarga Mesir. Setelah penyelamatan Musa, tidak ada perintah baru dari Firaun. Tampaknya Firaun memiliki rencana berbeda dengan membiarkan Musa diasuh oleh putrinya. Perubahan tersebut tentu dipengaruhi oleh cara pandang dan sikap dari putri Firaun. Aplikasi Penyelamatan Musa tidak hanya dikerjakan oleh putri Firaun seorang diri. Tanpa perlindungan Tuhan dan keberanian Sifra, Pua, Yokhebed, Miryam, para dayang, dan putri Firaun, Musa tentu tidak memiliki masa depan.
Pada masa kini banyak anak yang kehilangan masa depannya. Mereka belum merdeka dari kekerasan, perkawinan anak, pekerja anak, dan stunting. Stunting di Nusa Tenggara Timur menempati posisi kedua secara nasional. Selain itu, dalam era digital ini, tidak semua anak terlindungi dari dampak negatif media digital. Melalui Keluaran 2:1-10, ada dua sikap yang dapat dilakukan.
Pertama, hidupilah identitas sebagai keluarga Allah. Dalam bulan keluarga ini, setiap orang percaya diajak untuk menghayati identitas diri sebagai keluarga Allah. Keluaran 2:1-10 mengingatkan bahwa anak harus dilindungi.Perlindungan bukan hanya tugas orang tua, tetapi juga tugas bersama semua orang selaku keluarga Allah. Perlindungan bukan hanya diberikan agar anak lahir dengan selamat. Perlindungan harus terus dihadirkan hingga anak memiliki masa depan yang baik. Sifra, Pua, para dayang, Putri Firaun bukanlah orang tua dan saudara kandung dari Musa maupun bayi-bayi lainnya, namun mereka tetap berjuang sekalipun taruhannya adalah nyawa. Mereka adalah keluarga Allah yang hadir bagi bayi-bayi orang Israel. Sebagai keluarga Allah, kita diajak untuk terus berperan melanjutkan perjuangan Sifra, Pua, Yokhebed, Miryam, para dayang, dan putri Firaun.
Bangunlah kerja sama dengan berbagai pihak. Para orang tua, dapat terus belajar membekali diri dengan memanfaatkan media sosial secara bijak. Menabunglah demi masa depan anak! Para orang muda dan masyarakat terpanggil untuk menciptakan lingkungan bertumbuh yang aman dan berkualitas bagi anak.
Kedua, Tunjukkanlah solidaritas. Sebagai keluarga, Yokhebedkita. Miryam melawan arus demi memberi kehidupan bagi Musa. Sebagai sesama bangsa Israel, Sifra, Pua, dan para dayang turut merasakan penderitaan para orang tua yang kehilangan anaknya, dan bangsa Israel yang kehilangan generasi penerus masa depannya. Mereka berjuang dengan berani dan cerdik.
Sebagai pihak luar, putri Firaun tergerak oleh belas kasih saat mendengar tangisan dari Musa. Karena itulah, ia menyelamatkan Musa dan memberikan inang penyusu dari perempuan Israel. Ia berusaha memelihara ikatan Musa dengan ibunya, keluarganya, dan bangsanya. Ia bahkan berusaha menghentikan tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh Firaun.
Apa yang telah kita lakukan bagi masa depan anak kita dan anak-anak di sekitar kita? Tunjukkanlah solidaritas dengan mengedukasi sesama tentang pentingnya mengupayakan masa depan anak.
Saat ini banyak sekolah GMIT yang membutuhkan bantuan kita. Sudahkah kita merasakan penderitaan mereka dan memberi bantuan? Jangan hanya berteriak! Ulurkanlah tanganmu, angkatlah mereka dari air (baca: kesulitan), dan perjuangkanlah masa depan mereka! Anak-anak membutuhkan kita*Sinode GMIT