AMFOANG, SH – Desa itu terletak di ujung bok 10 jalur tanjakan Amfoang. Namanya Desa Oh Aem. Udara sejuk menyelimuti desa yang terletak di ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut itu pada Rabu (17/7).
Di salah satu simpang jalan tani Dusun 3 RT 08, rombongan pejabat desa dan tim monitoring lomba dapur hidup, kebersihan dan pagar kompleks disambut hangat dengan natoni, sapaan adat Timor, oleh warga Dusun 3.
Langkah kaki kemudian membawa tim monitoring dan warga ke kebun dasawisma RT 08 yang terletak sekitar 100 meter dari simpang jalan itu.Aneka sayur hijau di atas lahan seluas sekitar 2000-an meter persegi menyambut rombongan itu.
Di sana, Mama Rosalina Tuauni dan 40-an ibu lainnya berdiri dengan bangga, memamerkan hasil jerih payah mereka: caisim, pakcoy, bayam, kacang-kacangan, tomat, jahe, kunyit, lengkuas, jeruk dan pisang.
Kebun ini bukan sekadar sumber makanan, tetapi juga simbol perubahan positif di Desa Oh Aem. Sejak periode pertama menjabat sebagai kepala desa, pada periode 2010 – 2016, Mesak Tanaos, menggagas lomba itu. Tujuannya untuk menumbuhkan kebiasaan hidup sehat dan produktif masyarakat Oh Aem.

Penyerahan anakan jeruk oleh warga Dusun 3 kepada Kepala Desa Oh Aem, Mesak Tanaos
“Yang paling penting itu bagaimana mengubah kebiasaan hidup masyarakat. Baik untuk hidup sehat dan bersih maupun membangun ekonomi rumah tangga yang lebih baik,” ujarnya.
Upaya ini membuahkan hasil positif. Sejak 2023 lalu, Desa Oh Aem bebas dari stunting. Program lain dengan tujuan yang sama adalah pengolahan pangan lokal, pemberian bibit ikan lele dan perlengkapannya, air bersih serta edukasi perilaku hidup bersih dan sehat.
“Ini juga dalam rangka pencegahan stunting,” jelas Marci Henderina Tanaos, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Oh Aem, terkait kegiatan lomba tersebut.Ia berharap setiap rumah memperbanyak jenis tanaman di bedengan mereka maupun di kebun dasawisma agar bisa memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga.

Marci Henderina Tanaos, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Oh Aem
“Ada kebun yang sudah punya sekitar 10 jenis sayuran. Sedangkan yang lain belum. Sehingga kami berharap bisa diperbanyak lagi jenis sayurannya,” jelas Marci.
Camat Amfoang Selatan, Yan Tamoes melihat program yang dijalankan Desa Oh Aem bisa menjadi model bagi desa-desa lain di Kabupaten Kupang.
“Apa yang sudah dilakukan ini harus ditingkatkan lagi ke depan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi kita semua dan menjadi model bagi desa-desa lain,,” ujarnya.
Dominggus Tanaos, warga RT 09 Dusun 3, merasakan manfaat program ini. Pekarangan dan kebunnya kini penuh dengan sayur-sayuran, tanaman rempah dan jeruk, komoditi andalan Desa Oh Aem.
“Program ini sangat memotivasi kami warga supaya bisa manfaatkan pekarangan sebaik mungkin,” ujarnya.

Dominggus Tanaos, warga dusun 3 (kiri) dan Absalom Saiele, Kepala Dusun 3, Desa Oh Aem (kanan)
Hal yang sama ditegaskan Kepala Dusun 3, Absalom Saiele. Kegiatan yang digagas pemerintah desa itu mempunyai makna yang besar untuk hidup mereka. “Agar mereka lebih termotivasi untuk bisa mengubah hidup kami jadi lebih baik dari hari ke hari,” ujarnya.
Mesak Tapata, tokoh adat Dusun 4, memuji kepemimpinan Tanaos yang membawa perubahan positif bagi kehidupan masyarakat.
“Kami puas dengan kepemimpinan bapak desa karena program-programnya itu menyentuh kebutuhan kami setiap hari,” kata Tapata.
Apolos Gabriel Tamoes, ketua BPD Desa Oh Aem, menambahkan bahwa Tanaos terbuka terhadap berbagai masukan dan membangun kolaborasi untuk kemajuan desa.
Ia berharap model kepemimpinan yang sudah dijalankan itu terus dipertahankan hingga akhir masa jabatan kepala desa pada 2030 nanti. (*)
Liputan lengkapnya ada di Edisi Cetak Majalah Suara Harapan