KUPANG, SH – Rektor Unwira Kupang, Pater Doktor Philipus Tule, SVD, menekankan pentingnya masyarakat untuk mencari solusi guna menghadapi hilangnya nilai-nilai adat, khususnya dalam masyarakat Mbai di Kabupaten Nagekeo, Flores, Provinsi NTT.
“Kita harus mempertahankan nilai-nilai adat, sosialitas, dan kekerabatan dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut harus diwariskan dengan melakukan penelitian dan menuliskannya dalam buku sebagai dokumentasi yang berharga,” ujar Pater Philipus dalam acara peluncuran buku Mosalaki Mbai dan dialog budaya di aula Santu Paulus Kampus Unwira Penfui Kupang, Kamis (19/7).
Buku Mosalaki Mbai: Penyemai Identitas dan Kekuatan Budaya Masyarakat Adat adalah karya orisinal pertama yang menyajikan literatur tentang masyarakat Mbai di Flores. Buku ini ditulis oleh Doktor Gabriel Ndawa, SE, MM, dan Nancy A. Florida, S.S., M.Pd, dengan dukungan Dana Indonesiana, LPDP, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Menurut Pater Philip, Mosalaki memiliki peran penting dalam melanjutkan pewarisan nilai-nilai adat. “Mosalaki adalah penyemai dan penjaga ketahanan budaya. Mereka, terutama yang berada di kampung, harus membangun kemitraan dengan pemerintah, guru, dan tokoh agama. Mosalaki juga harus terhindar dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme,” ujar doktor antropologi lulusan The Australian National University, Canberra, Australia.
Pater Philip juga menyoroti pentingnya tanah ulayat, rumah adat, dan perkampungan adat yang dibahas dalam buku ini. “Semua ritual adat ini harus dirayakan dan dipimpin oleh Mosalaki. Adat istiadat yang tidak dirayakan hanya akan menjadi harapan yang hampa. Oleh karena itu, ritual perlu kita rayakan,” tegasnya.
Di tempat yang sama, budayawan dan staf pengajar Fakultas Filsafat Unwira Kupang, Doktor Yohanes Watu Vianey, M.Hum, menambahkan bahwa istilah Mosalaki tidak hanya ada di Mbai, tapi juga di Ende dan Ngada.
“Mosalaki harus memiliki kewibawaan moral dan pengetahuan. Mereka harus menjadi pribadi yang disegani, agar tidak diremehkan oleh masyarakat,” kata Vianey.
Menjaga Nilai Luhur dari Nenek Moyang
Doktor Gabriel Ndawa mengungkapkan bahwa inspirasi dan niat untuk meneliti serta menulis buku ini lahir dari minimnya literatur tentang adat istiadat masyarakat Mbai.
“Masyarakat sangat antusias ketika kami menyampaikan rencana penelitian dan penulisan buku Mosalaki Mbai: Penyemai Identitas dan Kekuatan Budaya Masyarakat Adat. Mereka merasa bangga karena budaya lokal mereka diangkat dan martabat masyarakat Mbai dipulihkan melalui buku ini,” ungkapnya.
Penulis buku ini juga menyampaikan terima kasih kepada Rektor Unwira Kupang yang menjadi editor buku. “Terima kasih, Pater Rektor, atas ulasan ilmiahnya. Buku ini sangat penting untuk menjaga budaya dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang,” kata Doktor Gabriel, staf pengajar STIM Kupang.
Sementara itu, perwakilan Kepala UPT Balai Pelestarian Kebudayaan XVI Provinsi NTT, Windo Telbana, mengapresiasi kehadiran buku ini. “Buku ini bisa dicatat di website data pokok kebudayaan. Kami berharap ke depan lebih banyak data dan warisan budaya yang didokumentasikan, terutama ciri khas budaya di daerah NTT,” ujar Windo.
Acara peluncuran buku dan dialog budaya ini dipandu oleh moderator Isodorus Lilijawa, S.Fil, MM, dan dihadiri oleh pemerhati budaya dari Kabupaten Ngada dan Nagekeo, para Mosalaki Mbai, serta kaum muda generasi penerus masyarakat Mbai yang ada di Kupang. (*/vg)