AMFOANG SELATAN, SH – Desa Oelbanu di Kecamatan Amfoang Selatan menjadi saksi dimulainya pelaksanaan Program Sekolah ASIK (Aman, Sehat dan Inklusif). Program ini diinisiasi oleh Yayasan Tanpa Batas (YTB) dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Direktur YTB, Deni Sailana, dalam sambutannya pada pertemuan pembentukan Pengurus Sekolah ASIK dan Pembuatan Rencana Aksi Program Matahati di Desa Oelbanu, Selasa (27/8), menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menyukseskan program ini.
“Kami hadir di sini bukan untuk menjalankan program kami sendiri, melainkan mendukung program pemerintah. Kami mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah, pemerintah desa, untuk bersama-sama membangun sekolah Asik, yakni sekolah yang Aman, Sehat, dan Inklusif untuk anak-anak kita,” ungkap Deni.
Deni juga menyampaikan bahwa program ini merupakan fase pertama yang direncanakan berlangsung hingga 2026, dengan kemungkinan dilanjutkan hingga 2032 jika progresnya berjalan baik.
“Program ini adalah yang pertama di Indonesia, dan kami berharap dapat direplikasi di seluruh Indonesia ” tambahnya.
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Eliazer Teuf, dalam sambutannya turut memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. Ia menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat serta dunia usaha dan dunia industri.
“Masyarakat madani, termasuk gereja, LSM, dan perguruan tinggi, harus bersatu dalam menopang penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah, civil society dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) adalah tiga batu tungku yang berperan penting mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak kita,” ujar Eliazer.
Pembentukan pengurus Sekolah ASIK diharapkan tidak hanya menjadi formalitas, tetapi akan terus dikawal agar berjalan dengan baik dan memberikan dampak nyata bagi anak-anak di wilayah program.
Dengan dukungan berbagai pihak, Program Sekolah ASIK diharapkan dapat menjadi model pendidikan yang bisa diterapkan di berbagai wilayah lain di Indonesia dan membawa perubahan nyata bagi masa depan anak-anak di desa-desa terpencil. (*)