KUPANG, SH – Tome Da Costa adalah pejuang sejak masa muda. Sempat memikul senjata sebagai pemimpin pasukan saat pergolakan Timor-Timur, Tome kemudian menempuh perjalanan penuh liku mulai dari kamp pengungsian hingga dipercaya menjadi salah satu wakil rakyat di DPRD Kabupaten Kupang sejak 2014 lalu.
Tome memulai perjalanannya pada tahun 1996 ketika ia gagal lolos seleksi taruna di Magelang. Tidak patah semangat, ia kembali ke Timor Timur dan bergabung dalam berbagai organisasi lokal. Ketika krisis politik memuncak pada 1999, Tome berada di barisan pro-Indonesia, memimpin pasukan Barisan Rakyat Timor Timur (BRTT) dan Jati Merah Putih.
Saat situasi semakin memanas, ia dan mereka yang punya pilihan politik serupa terpaksa mengungsi ke wilayah Indonesia, tinggal di kamp-kamp pengungsi dengan kondisi sangat terbatas.
“Kami bertahan hidup di tenda-tenda darurat sampai tahun 2001,” ungkapnya.
Dari kamp pengungsi, Tome beranjak ke Rote, kemudian Jakarta, sebelum akhirnya memutuskan kembali ke Kupang dan melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Artha Wacana (Unkris).
Berkat dukungan teman-teman dan dosennya, Tome menyelesaikan studi Hukum dalam waktu yang relatif singkat, dan memulai karir sebagai penasihat hukum pada tahun 2005.
Namun, titik balik terbesarnya datang pada 2013, ketika masyarakat eks Timor Timur di Oebelo mendesaknya untuk maju sebagai calon anggota DPRD Kabupaten Kupang.
“Waktu itu mereka minta saya maju karena belum ada perwakilan dari warga eks Tim-tim di DPRD,” kenangnya.
Tome menimbang, lalu dengan penuh keyakinan, ia memutuskan untuk bertarung di pemilu 2014 melalui Partai Gerindra.
Pilihannya bergabung dengan Gerindra bukan tanpa alasan. “Saya tertarik dengan Gerindra karena Pak Prabowo punya hubungan emosional dengan warga eks Timor Timur, dan program-programnya menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil,” ujar Tome.
Dengan Gerindra, Tome melihat harapan untuk memperjuangkan nasib orang-orang termarjinalkan, termasuk warga eks Timor Timur yang ia pandang sebagai bagian dari dirinya.
Dukungan kuat dari komunitasnya membawa Tome terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Kupang pada 2014. Tak hanya itu, kepercayaan publik kembali membawanya terpilih di pemilu 2019 dan 2024, hingga kini ia menjabat sebagai Wakil Ketua 1 DPRD.
Tome Da Costa tidak hanya seorang politisi; ia adalah simbol perjuangan dan harapan bagi ribuan masyarakat yang masih hidup dalam kemelut ekonomi, kesehatan, dan sosial. Baginya, jabatan bukan soal kekuasaan, melainkan alat untuk memperjuangkan mereka yang terpinggirkan.
“Hidup saya harus bermanfaat bagi orang lain, terutama mereka yang menderita,” tegasnya.
Perjalanan panjang penuh lika liku Tome Da Costa membuktikan bahwa dengan tekad dan perjuangan, seseorang dapat mengubah takdirnya dan memberikan dampak positif bagi banyak orang. (*)